SEJARAH VALENTINE DAY DAN HUKUM
MERAYAKANNYA DALAM ISLAM
Sejarah Valentine Day
Menurut data dari Ensiklopedi Katolik, nama Valentinus diduga bisa merujuk pada tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda.
Hubungan antara ketiga martir ini dengan hari raya kasih sayang (valentine) tidak jelas. Bahkan Paus Gelasius I, pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai martir-martir ini namun hari 14 Februari ditetapkan sebagai hari raya peringatan santo Valentinus. Ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius I sengaja menetapkan hal ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.
Santo atau Orang Suci yang di maksud yaitu :
- 1. Pastur di Roma
- 2. Uskup Interamna (modern Terni)
- 3. Martir di provinsi Romawi Afrika.
Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Kemudian ditaruh dalam sebuah peti dari emas dan dikirim ke gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada tahun 1836. Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine (14 Februari), di mana peti dari emas diarak dalam sebuah prosesi dan dibawa ke sebuah altar tinggi. Pada hari itu dilakukan sebuah misa yang khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.
Hari raya Valentine Days ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santo yang asal-muasalnya tidak jelas, meragukan dan hanya berbasis pada legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.
Hukum Merayakan Valentine Dalam Islam
Rasulullah SAW telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam, artinya, ”Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut ” (HR. At-Tirmidzi).
Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata, ”Memberikan ucapan selamat terhadap acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut HARAM “.
Mengapa? karena berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan ALLOH SWT. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi ALLOH SWT dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh.
Syaikh Muhammad al-Utsaimin ketika ditanya tentang Valentine’s Day mengatakan, ”Merayakan Hari Valentine itu tidak boleh”, karena alasan berikut :
Pertama : Ia merupakan hari raya bid’ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari’at Islam.
Kedua : Ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salafusshalih (pendahulu kita), semoga ALLOH meridhai mereka.
Contoh kasus :
Ada seorang gadis mengatakan bahwa ia tidak mengikuti keyakinan mereka, hanya saja hari Valentine tersebut secara khusus memberikan makna cinta dan suka citanya kepada orang-orang yang memperingatinya.
Saudaraku!! Ini adalah suatu kelalaian, mengadakan pesta pada hari tersebut bukanlah sesuatu yang sepele, tapi lebih mencerminkan pengadopsian nilai-nilai Barat yang tidak memandang batasan normatif dalam pergaulan antara pria dan wanita sehingga saat ini kita lihat struktur sosial mereka menjadi porak-poranda. Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan. Semoga ALLOH SWT melindungi kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup), yang tampak ataupun yang tersembunyi dan semoga meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya.
Di dalam ayat lainnya, artinya, ”Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.” (Al-Mujadilah: 22).
Jadi, kesimpulan dari hukum Perayaan Valentine adalah sebagai berikut :
Seorang muslim dilarang untuk meniru-niru kebiasan orang-orang di luar Islam, apalagi jika yang ditiru adalah sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan, pemikiran dan adat kebiasaan mereka.
Bahwa mengucapkan selamat terhadap acara kekufuran adalah lebih besar dosanya dari pada mengucapkan selamat kepada kemaksiatan seperti meminum minuman keras dan sebagainya.
Haram hukumnya umat Islam ikut merayakan Hari Raya orang-orang di luar Islam.
Valentine’s Day adalah Hari Raya di luar Islam untuk memperingati pendeta St.Valentin yang dihukum mati karena menentang Kaisar yang melarang pernikahan di kalangan pemuda. Oleh karena itu tidak boleh ummat Islam memperingati hari Valentine’s tersebut.
Wallahu’alam bishowab
MASA LALU YANG AKAN HILANG
Kawan, pernahkah kau merasakan sebuah penderitaan yang sangat ? barangkali rasanya seperti ingin mati saja, ya ! Seperti apa sih, rasanya ditinggal oleh seseorang yang kita cintai? Mungkin kita akan meratap berhari-hari mengenang masa-masa bersamanya dan berharap semua yang telah berlalu kembali lagi, berangan andai mereka tak pernah pergi.
Kawan, bagaimana rasanya diliputi benci dan kemarahan? Ah, seperti mau meledak dada dan kepala. Inginnya memuntahkan segala kekesalan sepuas-puasnya. Kawan, pasti kita pernah gagal. Saat itu, rasanya dunia sudah tertutup bagi kita. Tak ada lagi semangat apalagi tekad. Kitapun mandeg, malas untuk bergerak lagi. Kawan, semua kita pernah berbuat dosa. Sering kita sadar dan menyesal, tapi kita tak sanggup keluar daripadanya.
Kawan, aku percaya, ketika waktu terus berjalan dan semua itu berlalu, engkau akan melihat dengan pandangan berbeda. Bisa jadi, engkau merasakan penderitaanmu dulu tidak sehebat yang kau kira. Masih banyak orang lain yang lebih menderita. Mungkin saja engkau akan melihat kemarahan dan kebencianmu tidaklah beralasan. Sangat boleh, kegagalanmu belum ada apa-apanya. Barangkali kesalahan dan dosa itu akan membuat kita bisa melihat dan menghayati kebenaran.
Kawan, seiring waktu yang berjalan, pikiran kita tumbuh. Perasaan kita berubah.
Jika demikian halnya, maka mengapa kita biarkan diri tenggelam sedangkan ia akan menjadi masa lalu pada akhirnya? Jadi....
Jikalah derita akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti dijalani dengan sepedih rasa,
Sedang ketegaran akan lebih indah dikenang nanti.
Jikalah kesedihan akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti dibiarkan meracuni jiwa,
Sedang ketabahan dan kesabaran adalah lebih utama.
Jikalah kebencian dan kemarahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti diumbar sepuas jiwa,
sedang menahan diri adalah lebih berpahala.
Jikalah kesalahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti ingin dikukuhi sendiri,
Sedang taubat itu lebih utama.
Jikalah harta akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti tenggelam didalamnya,
sedang kedermawanan justru akan melipat gandakannya.
Jikalah kepandaian akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti membusung dada dan membuat kerusakan di dunia,
sedang dengannya manusia diminta memimpin dunia agar sejahtera.
Jikalah cinta akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti ingin memiliki dan selalu bersama,
sedang memberi akan lebih banyak menuai arti.
Jikalah bahagia akan menjadi masa lalu pada akhirnya.
Maka mengapa mesti dirasakan sendiri,
sedang berbagi akan membuatnya lebih bermakna.
Jikalah hidup akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti diisi dengan kesia-siaan belaka,
Sedang begitu banyak kebaikan bisa dicipta.
Suatu hari nanti, saat semua telah menjadi masa lalu
Aku ingin ada diantara mereka
yang bertelekan di atas permadani sambil bercengkrama dengan tetangganya.
Saling bercerita tentang apa yang telah dilakukannya di masa lalu hingga mereka mendapat anugerah itu (surga).
Duhai kawan, dulu aku miskin dan menderita,
namun aku tetap berusaha untuk senantiasa bersyukur dan bersabar dan ternyata,
derita itu hanya sekejap saja dan cuma seujung kuku, dibanding segala nikmat yang kuterima disini.
Wahai kawan, dulu aku membuat dosa sepenuh bumi, namun aku bertaubat dan tak mengulang lagi hingga maut menghampiri. Dan ternyata, ampunan-Nya seluas alam raya, hingga sekarang aku berbahagia
Suatu hari nanti ketika semua telah menjadi masa lalu
Aku tak ingin ada di antara mereka yang berpeluh darah dan berkeluh kesah:
“Andai di masa lalu mereka adalah tanah saja.”
Duhai ! Harta yang dahulu kukumpulkan sepenuh raga,
ilmu yang kukejar setinggi langit,
kini hanyalah masa lalu yang tak berarti.
Mengapa dulu tak kubuat menjadi amal jariyah yang dapat menyelamatkanku kini?
Duhai ! Nestapa, kecewa, dan luka yang dulu kujalani,
ternyata hanya sekejap saja dibanding sengsara yang harus kuarungi kini.
Mengapa aku dulu tak sanggup bersabar meski hanya sedikit jua?
( Penulis : Azimah Rahayu, Ketua Forum Lingkar Pena Wilayah DKI Jakarta )
15 PETUNJUK MENGUATKAN IMAN
Tak seorangpun bisa menjamin dirinya akan tetap terus berada dalam keimanan sehingga meninggal dalam keadaan khusnul khotimah. Untuk itu kita perlu merawat bahkan senantiasa berusaha menguatkan keimanan kita. Tulisan ini Insyaalloh membantu kita dalam usaha mulia itu. Tsabat (kekuatan keteguhan iman) adalah tuntutan asasi setiap muslim. Karena itu tema ini penting dibahas. Ada beberapa alasan mengapa tema ini begitu sangat perlu mendapat perhatian serius.
Pertama, pada zaman ini kaum muslimin hidup di tengah berbagai macam fitnah, syahwat dan syubhat dan hal-hal itu sangat berpotensi menggerogoti iman. Maka kekuatan iman merupakan kebutuhan mutlak, bahkan lebih dibutuhkan dibanding pada masa generasi sahabat, karena kerusakan manusia di segala bidang telah menjadi fenomena umum.
Kedua, banyak terjadi pemurtadan dan konversi (perpindahan) agama. Jika pada awal kemerdekaan jumlah umat Islam di Indonesia mencapai 90 % maka saat ini jumlah itu telah berkurang hampir 5%. Ini tentu menimbulkan kekhawatiran mendalam. Untuk mengatasinya diperlukan jalan keluar, sehingga setiap muslim tetap memiliki kekuatan iman.
Ketiga, pembahasan masalah tsabat berkait erat dengan masalah hati. Padahal Nabi SAW bersabda: "Dinamakan hati karena ia (selalu) berbolak-balik. Perumpamaan hati itu bagaikan bulu yang ada di pucuk pohon yang diombang-ambingkan oleh angin." (HR. Ahmad, Shahihul Jami' no. 2361)
Maka, mengukuhkan hati yang senantiasa berbolak-balik itu dibutuhkan usaha keras, agar hati tetap teguh dalam keimanan.
Dan sungguh Allah Maha Rahman dan Rahim kepada hambaNya. Melalui Al Qur'an dan Sunnah RasulNya Ia memberikan petunjuk bagaimana cara mencapai tsabat. Berikut ini penjelasan 15 petunjuk berdasarkan Al Qur'an dan Sunnah untuk memelihara kekuatan dan keteguhan iman kita.
Akrab dengan Al Qur'an
Al Qur'an merupakan petunjuk utama mencapai tsabat. Al Qur'an adalah tali penghubung yang amat kokoh antara hamba dengan Rabbnya. Siapa akrab dan berpegang teguh dengan Al Qur'an niscaya Allah memeliharanya; siapa mengikuti Al Qur'an, niscaya Allah menyelamatkannya; dan siapa yang mendakwahkan Al Qur'an, niscaya Allah menunjukinya ke jalan yang lurus. Dalam hal ini Allah berfirman:
"Orang-orang kafir berkata, mengapa Al Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja? Demikianlah supaya Kami teguhkan hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar)." (Al Furqan: 32-33)
Beberapa alasan mengapa Al Qur'an dijadikan sebagai sumber utama mencapai tsabat adalah: Pertama, Al Qur'an menanamkan keimanan dan mensucikan jiwa seseorang, karena melalui Al Qur'an, hubungan kepada Allah menjadi sangat dekat. Kedua, ayat-ayat Al Qur'an diturunkan sebagai penentram hati, menjadi penyejuk dan penyelamat hati orang beriman sekaligus benteng dari hempasan berbagai badai fitnah. Ketiga, Al Qur'an menunjukkan konsepsi serta nilai-nilai yang dijamin kebenarannya. Karena itu, seorang mukmin akan menjadikan Al Qur'an sebagai ukuran kebenaran. Keempat, Al Qur'an menjawab berbagai tuduhan orang-orang kafir, munafik dan musuh Islam lainnya. Seperti ketika orang-orang musyrik berkata, Muhammad ditinggalkan Rabbnya, maka turunlah ayat: "Rabbmu tidaklah meninggalkan kamu dan tidak (pula) benci kepadamu." (Adl Dluha: 3)
(Syarh Nawawi, 12/156). Orang yang akrab dengan Al Qur'an akan menyandarkan semua perihalnya kepada Al Qur'an dan tidak kepada perkataan manusia. Maka, betapa agung sekiranya penuntut ilmu dalam segala disiplinnya menjadikan Al Qur'an berikut tafsirnya sebagai obyek utama kegiatannya menuntut ilmu.
Iltizam (komitmen) terhadap syari'at Allah
"Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akherat. Dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim. Dan Allah berbuat apa saja yang Ia kehendaki." (Ibrahim: 27)
"Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih meneguhkan (hati mereka di atas kebenaran)." (An Nisa': 66)
Karena itu, menjelaskan surat Ibrahim di atas Qatadah berkata: "Adapun dalam kehidupan di dunia, Allah meneguhkan orang-orang beriman dengan kebaikan dan amal shalih sedang yang dimaksud dengan kehidupan akherat adalah alam kubur." (Ibnu Katsir: IV/421)
Maka jelas sekali, sangat mustahil orang-orang yang malas berbuat kebaikan dan amal shaleh diharapkan memiliki keteguhan iman. Karena itu, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam senantiasa melakukan amal shaleh secara kontinyu, sekalipun amalan itu sedikit, demikian pula halnya dengan para sahabat. Komitmen untuk senantiasa menjalankan syariat Islam akan membentuk kepribadian yang tangguh, dan iman pun menjadi teguh.
Mempelajari Kisah Para Nabi
Mempelajari kisah dan sejarah itu penting. Apatah lagi sejarah para Nabi. Ia bahkan bisa menguatkan iman seseorang. Secara khusus Allah menyinggung masalah ini dalam firman-Nya:
"Dan Kami ceritakan kepadamu kisah-kisah para rasul agar dengannya Kami teguhkan hatimu dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran, pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman." (Hud: 120)
Sebagai contoh, marilah kita renungkan kisah Ibrahim Alaihis Salam yang diberitakan dalam Al Qur'an:
"Mereka berkata, bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak. Kami berfirman, hai api menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim. Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim maka Kami jadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi." (Al Anbiya': 68-70)
Bukankah hati kita akan bergetar saat merenungi kronologi pembakaran nabi Ibrahim sehingga ia selamat atas izin Allah? Dan bukankah dengan demikian akan membuahkan keteguhan iman kita? Lalu, kisah nabi Musa Alaihis Salam yang tegar menghadapi kezhaliman Fir'aun demi menegakkan agama Allah. Bukankah kisah itu mengingatkan kekerdilan jiwa kita dibanding dengan nabi Musa?
Tak sedikit umat Islam sudah merasa tak punya jalan karena kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan misalnya, sehingga mau saja saat diajak kolusi dan berbagai praktek syubhat lain oleh koleganya. Lalu mereka mencari-cari alasan mengabsahkan tindakannya yang keliru. Dan bukankah karena takut gertakan penguasa yang tiranik lalu banyak di antara umat Islam (termasuk ulamanya) yang menjadi tuli, buta dan bisu sehingga tidak melakukan amar ma'ruf nahi mungkar? Bahkan sebaliknya malah bergabung dan bersekongkol serta melegitimasi status quo (menganggap yang ada sudah baik dan tak perlu diubah).
Bukankah dengan mempelajari kisah-kisah Nabi yang penuh dengan perjuangan menegakkan dan meneguhkan iman itu kita menjadi malu kepada diri sendiri dan kepada Allah? Kita mengharap Surga tetapi banyak hal dari perilaku kita yang menjauhinya. Mudah-mudahan Allah menunjuki kita ke jalan yang diridhaiNya.
Berdo'a
Di antara sifat hamba-hamba Allah yang beriman adalah mereka memohon kepada Allah agar diberi keteguhan iman, seperti do'a yang tertulis dalam firmanNya:
"Ya Rabb, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau beri petunjuk kepada kami." (Ali Imran: 8)
"Ya Rabb kami, berilah kesabaran atas diri kami dan teguhkanlah pendirian kami serta tolonglah kami dari orang-orang kafir." (Al Baqarah: 250)
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
"Sesungguhnya seluruh hati Bani Adam terdapat di antara dua jari dari jemari Ar Rahman (Allah), bagaikan satu hati yang dapat Dia palingkan ke mana saja Dia kehendaki." (HR. Muslim dan Ahmad)
Agar hati tetap teguh maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam banyak memanjatkan do'a berikut ini terutama pada waktu duduk takhiyat akhir dalam shalat.
"Wahai (Allah) yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada din-Mu." (HR. Turmudzi)
Banyak lagi do'a-do'a lain tuntunan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam agar kita mendapat keteguhan iman. Mudah-mudahan kita senantiasa tergerak hati untuk berdo'a utamanya agar iman kita diteguhkan saat menghadapi berbagai ujian kehidupan.
Dzikir kepada Allah
Dzikir kepada Allah merupakan amalan yang paling ampuh untuk mencapai tsabat. Karena pentingnya amalan dzikir maka Allah memadukan antara dzikir dan jihad, sebagaimana tersebut dalam firmanNya:
"Hai orang-orang yang beriman, bila kamu memerangi pasukan (musuh) maka berteguh-hatilah kamu dan dzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya." (Al Anfal: 45)
Dalam ayat tersebut, Allah menjadikan dzikrullah sebagai amalan yang amat baik untuk mencapai tsabat dalam jihad. Ingatlah Yusuf Alaihis Salam! Dengan apa ia memohon bantuan untuk mencapai tsabat ketika menghadapi fitnah rayuan seorang wanita cantik dan berkedudukan tinggi? Bukankah dia berlindung dengan kalimat ma'adzallah (aku berlindung kepada Allah), lantas gejolak syahwatnya reda?
Demikianlah pengaruh dzikrullah dalam memberikan keteguhan iman kepada orang-orang yang beriman.
Menempuh Jalan Lurus
"Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia dan jangan mengikuti jalan-jalan (lain) sehingga menceraiberaikan kamu dari jalanNya." (Al An'am: 153)
Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mensinyalir bahwa umatnya bakal terpecah-belah menjadi 73 golongan, semuanya masuk Neraka kecuali hanya satu golongan yang selamat (HR. Ahmad, hasan)
Dari sini kita mengetahui, tidak setiap orang yang mengaku muslim mesti berada di jalan yang benar. Rentang waktu 14 abad dari datangnya Islam cukup banyak membuat terkotak-kotaknya pemahaman keagamaan. Lalu, jalan manakah yang selamat dan benar itu? Dan, pemahaman siapakah yang mesti kita ikuti dalam praktek keberaga-maan kita? Berdasarkan banyak keterangan ayat dan hadits, jalan yang benar dan selamat itu adalah jalan Allah dan RasulNya. Sedangkan pemahaman agama yang autentik kebenarannya adalah pemahaman berdasarkan keterangan Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada para sahabatnya. (HR. Turmudzi, hasan).
Itulah yang mesti kita ikuti, tidak penafsiran-penafsiran agama berdasarkan akal manusia yang tingkat kedalaman dan kecerdasannya majemuk dan terbatas. Tradisi pemahaman itu selanjutnya dirawat oleh para tabi'in dan para imam shalihin. Paham keagamaan inilah yang dalam terminologi (istilah) Islam selanjutnya dikenal dengan paham Ahlus Sunnah wal Jamaah. Atau sebagian menyebutnya dengan pemahaman para salafus shalih.
Orang yang telah mengikuti paham Ahlus Sunnah wal Jamaah akan tegar dalam menghadapi berbagai keanekaragaman paham, sebab mereka telah yakin akan kebenaran yang diikutinya. Berbeda dengan orang yang berada di luar Ahlus Sunnah wal Jamaah, mereka akan senantiasa bingung dan ragu. Berpindah dari suatu lingkungan sesat ke lingkungan bid'ah, dari filsafat ke ilmu kalam, dari mu'tazilah ke ahli tahrif, dari ahli ta'wil ke murji'ah, dari thariqat yang satu ke thariqat yang lain dan seterusnya. Di sinilah pentingnya kita berpegang teguh dengan manhaj (jalan) yang benar sehingga iman kita akan tetap kuat dalam situasi apapun.
Menjalani Tarbiyah
Tarbiyah (pendidikan) yang semestinya dilalui oleh setiap muslim cukup banyak. Paling tidak ada empat macam :
Tarbiyah Imaniyah, yaitu pendidikan untuk menghidupkan hati agar memiliki rasa khauf (takut), raja' (pengharapan) dan mahabbah (kecintaan) kepada Allah serta untuk menghilangkan kekeringan hati yang disebabkan oleh jauhnya dari Al Qur'an dan Sunnah.
Tarbiyah Ilmiyah, yaitu pendidikan keilmuan berdasarkan dalil yang benar dan menghindari taqlid buta yang tercela.
Tarbiyah Wa'iyah, yaitu pendidikan untuk mempelajari siasat orang-orang jahat, langkah dan strategi musuh Islam serta fakta dari berbagai peristiwa yang terjadi berdasarkan ilmu dan pemahaman yang benar.
Tarbiyah Mutadarrijah, yaitu pendidikan bertahap, yang membimbing seorang muslim setingkat demi setingkat menuju kesempurnaannya, dengan program dan perencanaan yang matang. Bukan tarbiyah yang dilakukan dengan terburu-buru dan asal jalan.
Itulah beberapa tarbiyah yang diberikan Rasul kepada para sahabatnya. Berbagai tarbiyah itu menjadikan para sahabat memiliki iman baja, bahkan membentuk mereka menjadi generasi terbaik sepanjang masa.
Meyakini Jalan yang Ditempuh
Tak dipungkiri bahwa seorang muslim yang bertambah keyakinannya terhadap jalan yang ditempuh yaitu Ahlus Sunnah wal Jamaah maka bertambah pula tsabat (keteguhan iman) nya. Adapun di antara usaha yang dapat kita lakukan untuk mencapai keyakinan kokoh terhadap jalan hidup yang kita tempuh adalah:
Pertama, kita harus yakin bahwa jalan lurus yang kita tempuh itu adalah jalan para nabi, shiddiqien, ulama, syuhada dan orang-orang shalih.
Kedua, kita harus merasa sebagai orang-orang terpilih karena kebenaran yang kita pegang, sebagaimana firman Allah: "Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hambaNya yang Ia pilih." (QS. 27: 59)
Bagaimana perasaan kita seandainya Allah menciptakan kita sebagai benda mati, binatang, orang kafir, penyeru bid'ah, orang fasik, orang Islam yang tidak mau berdakwah atau da'i yang sesat? Mudah-mudahan kita berada dalam keyakinan yang benar yakni sebagai Ahlus Sunnah wal Jamaah yang sesungguhnya.
Berdakwah
Jika tidak digerakkan, jiwa seseorang tentu akan rusak. Untuk menggerakkan jiwa maka perlu dicarikan medan yang tepat. Di antara medan pergerakan yang paling agung adalah berdakwah. Dan berdakwah merupakan tugas para rasul untuk membebaskan manusia dari adzab Allah.
Maka tidak benar jika dikatakan, fulan itu tidak ada perubahan. Jiwa manusia, bila tidak disibukkan oleh ketaatan maka dapat dipastikan akan disibukkan oleh kemaksiatan. Sebab, iman itu bisa bertambah dan berkurang.
Jika seorang da'i menghadapi berbagai tantangan dari ahlul bathil dalam perjalanan dakwahnya, tetapi ia tetap terus berdakwah maka Allah akan semakin menambah dan mengokohkan keimanannya.
Dekat dengan Ulama
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Di antara manusia ada orang-orang yang menjadi kunci kebaikan dan penutup kejahatan." (HR. Ibnu Majah, no. 237, hasan)
Senantiasa bergaul dengan ulama akan semakin menguatkan iman seseorang. Tercatat dalam sejarah bahwa berbagai fitnah telah terjadi dan menimpa kaum muslimin, lalu Allah meneguhkan iman kaum muslimin melalui ulama. Di antaranya seperti diutarakan Ali bin Al Madini Rahimahullah: "Di hari riddah (pemurtadan) Allah telah memuliakan din ini dengan Abu Bakar dan di hari mihnah (ujian) dengan Imam Ahmad."
Bila mengalami kegundahan dan problem yang dahsyat Ibnul Qayyim mendatangi Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah untuk mendengarkan berbagai nasehatnya. Sertamerta kegundahannya pun hilang berganti dengan kelapangan dan keteguhan iman ( Al Wabilush Shaib, hal. 97).
Meyakini Pertolongan Allah
Mungkin pernah terjadi, seseorang tertimpa musibah dan meminta pertolongan Allah, tetapi pertolongan yang ditunggu-tunggu itu tidak kunjung datang, bahkan yang dialaminya hanya bencana dan ujian. Dalam keadaan seperti ini manusia banyak membutuhkan tsabat agar tidak berputus asa. Allah berfirman:
Dan berapa banyak nabi yang berperang yang diikuti oleh sejumlah besar pengikutnya yang bertaqwa, mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, tidak lesu dan tidak pula menyerah (kepada musuh). Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada do'a mereka selain ucapan, Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan dalam urusan kami. Tetapkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir. Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akherat. " (Ali Imran: 146-148)
Mengetahui Hakekat Kebatilan
Allah berfirman:
"Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir yang bergerak dalam negeri ." (Ali Imran: 196)
"Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al Qur'an (supaya jelas jalan orang-orang shaleh) dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berbuat jahat (musuh-musuh Islam)." (Al An'am: 55)
"Dan Katakanlah, yang benar telah datang dan yang batil telah sirna, sesungguhnya yang batil itu pastilah lenyap." (Al Isra': 81)
Berbagai keterangan ayat di atas sungguh menentramkan hati setiap orang beriman. Mengetahui bahwa kebatilan akan sirna dan kebenaran akan menang akan mengukuhkan seseorang untuk tetap teguh berada dalam keimanannya.
Memiliki Akhlak Pendukung Tsabat
Akhlak pendukung tsabat yang utama adalah sabar. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam: "Tidak ada suatu pemberian yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran." (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Tanpa kesabaran iman yang kita miliki akan mudah terombang-ambingkan oleh berbagai musibah dan ujian. Karena itu, sabar termasuk senjata utama mencapai tsabat.
Nasehat Orang Shalih
Nasehat para shalihin sungguh amat penting artinya bagi keteguhan iman. Karena itu, dalam segala tindakan yang akan kita lakukan hendaklah kita sering-sering meminta nasehat mereka. Kita perlu meminta nasehat orang-orang shalih saat mengalami berbagai ujian, saat diberi jabatan, saat mendapat rezki yang banyak dan lain-lain.
Bahkan seorang sekaliber Imam Ahmad pun, beliau masih perlu mendapat nasehat saat menghadapi ujian berat oleh intimidasi penguasa yang tiranik. Bagaimana pula halnya dengan kita?
Merenungi Nikmatnya Surga
Surga adalah tempat yang penuh dengan kenikmatan, kegembiraan dan suka-cita. Ke sanalah tujuan pengembaraan kaum muslimin. Orang yang meyakini adanya pahala dan Surga niscaya akan mudah menghadapi berbagai kesulitan. Mudah pula baginya untuk tetap tsabat dalam keteguhan dan kekuatan imannya.
Dalam meneguhkan iman para sahabat, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sering mengingatkan mereka dengan kenikmatan Surga. Ketika melewati Yasir, istri dan anaknya Ammar yang sedang disiksa oleh kaum musyrikin beliau mengatakan: "Bersabarlah wahai keluarga Yasir, tempat kalian nanti adalah Surga". (HR. Al Hakim/III/383, hasan shahih)
Mudah-mudahan kita bisa merawat dan terus-menerus meneguhkan keimanan kita sehingga Allah menjadikan kita khusnul khotimah. Amin.
Muhammad Shalih Al Munajjid, bit tasharruf waz ziyadah
Sumber : www.alsofwa.or.id
Seorang tabib di kota Bashrah, menguraikan resep penghapus dosa dan penyembuh penyakit hati. Resep itu kemudian dikisahkan oleh Hasan al-Bashri, sebagai berikut :
Ambillah akar pohon kefakiran dan kerendahan hati.
Simpan kedua akar tersebut dalam keranjang taubat.
Tumbuklah dengan lesung ridha.
Haluskan dengan saringan qana'ah (puas hati).
Masukkan ke dalam mangkuk takwa.
Campur dengan air haya' (rasa malu).
Didihkan di atas api mahabbah (cinta).
Tuangkan ke dalam bejana syukur.
Dinginkan dengan angin harapan.
Dan minumlah dengan menggunakan sendok hamdalah (pujian kepada Allah).
Insya Allah engkau akan selamat dari segala penyakit dan bencana, baik di dunia maupun di akhirat.
(Dari berbagai sumber)
Pertama, pada zaman ini kaum muslimin hidup di tengah berbagai macam fitnah, syahwat dan syubhat dan hal-hal itu sangat berpotensi menggerogoti iman. Maka kekuatan iman merupakan kebutuhan mutlak, bahkan lebih dibutuhkan dibanding pada masa generasi sahabat, karena kerusakan manusia di segala bidang telah menjadi fenomena umum.
Kedua, banyak terjadi pemurtadan dan konversi (perpindahan) agama. Jika pada awal kemerdekaan jumlah umat Islam di Indonesia mencapai 90 % maka saat ini jumlah itu telah berkurang hampir 5%. Ini tentu menimbulkan kekhawatiran mendalam. Untuk mengatasinya diperlukan jalan keluar, sehingga setiap muslim tetap memiliki kekuatan iman.
Ketiga, pembahasan masalah tsabat berkait erat dengan masalah hati. Padahal Nabi SAW bersabda: "Dinamakan hati karena ia (selalu) berbolak-balik. Perumpamaan hati itu bagaikan bulu yang ada di pucuk pohon yang diombang-ambingkan oleh angin." (HR. Ahmad, Shahihul Jami' no. 2361)
Maka, mengukuhkan hati yang senantiasa berbolak-balik itu dibutuhkan usaha keras, agar hati tetap teguh dalam keimanan.
Dan sungguh Allah Maha Rahman dan Rahim kepada hambaNya. Melalui Al Qur'an dan Sunnah RasulNya Ia memberikan petunjuk bagaimana cara mencapai tsabat. Berikut ini penjelasan 15 petunjuk berdasarkan Al Qur'an dan Sunnah untuk memelihara kekuatan dan keteguhan iman kita.
Akrab dengan Al Qur'an
Al Qur'an merupakan petunjuk utama mencapai tsabat. Al Qur'an adalah tali penghubung yang amat kokoh antara hamba dengan Rabbnya. Siapa akrab dan berpegang teguh dengan Al Qur'an niscaya Allah memeliharanya; siapa mengikuti Al Qur'an, niscaya Allah menyelamatkannya; dan siapa yang mendakwahkan Al Qur'an, niscaya Allah menunjukinya ke jalan yang lurus. Dalam hal ini Allah berfirman:
"Orang-orang kafir berkata, mengapa Al Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja? Demikianlah supaya Kami teguhkan hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar)." (Al Furqan: 32-33)
Beberapa alasan mengapa Al Qur'an dijadikan sebagai sumber utama mencapai tsabat adalah: Pertama, Al Qur'an menanamkan keimanan dan mensucikan jiwa seseorang, karena melalui Al Qur'an, hubungan kepada Allah menjadi sangat dekat. Kedua, ayat-ayat Al Qur'an diturunkan sebagai penentram hati, menjadi penyejuk dan penyelamat hati orang beriman sekaligus benteng dari hempasan berbagai badai fitnah. Ketiga, Al Qur'an menunjukkan konsepsi serta nilai-nilai yang dijamin kebenarannya. Karena itu, seorang mukmin akan menjadikan Al Qur'an sebagai ukuran kebenaran. Keempat, Al Qur'an menjawab berbagai tuduhan orang-orang kafir, munafik dan musuh Islam lainnya. Seperti ketika orang-orang musyrik berkata, Muhammad ditinggalkan Rabbnya, maka turunlah ayat: "Rabbmu tidaklah meninggalkan kamu dan tidak (pula) benci kepadamu." (Adl Dluha: 3)
(Syarh Nawawi, 12/156). Orang yang akrab dengan Al Qur'an akan menyandarkan semua perihalnya kepada Al Qur'an dan tidak kepada perkataan manusia. Maka, betapa agung sekiranya penuntut ilmu dalam segala disiplinnya menjadikan Al Qur'an berikut tafsirnya sebagai obyek utama kegiatannya menuntut ilmu.
Iltizam (komitmen) terhadap syari'at Allah
"Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akherat. Dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim. Dan Allah berbuat apa saja yang Ia kehendaki." (Ibrahim: 27)
"Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih meneguhkan (hati mereka di atas kebenaran)." (An Nisa': 66)
Karena itu, menjelaskan surat Ibrahim di atas Qatadah berkata: "Adapun dalam kehidupan di dunia, Allah meneguhkan orang-orang beriman dengan kebaikan dan amal shalih sedang yang dimaksud dengan kehidupan akherat adalah alam kubur." (Ibnu Katsir: IV/421)
Maka jelas sekali, sangat mustahil orang-orang yang malas berbuat kebaikan dan amal shaleh diharapkan memiliki keteguhan iman. Karena itu, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam senantiasa melakukan amal shaleh secara kontinyu, sekalipun amalan itu sedikit, demikian pula halnya dengan para sahabat. Komitmen untuk senantiasa menjalankan syariat Islam akan membentuk kepribadian yang tangguh, dan iman pun menjadi teguh.
Mempelajari Kisah Para Nabi
Mempelajari kisah dan sejarah itu penting. Apatah lagi sejarah para Nabi. Ia bahkan bisa menguatkan iman seseorang. Secara khusus Allah menyinggung masalah ini dalam firman-Nya:
"Dan Kami ceritakan kepadamu kisah-kisah para rasul agar dengannya Kami teguhkan hatimu dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran, pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman." (Hud: 120)
Sebagai contoh, marilah kita renungkan kisah Ibrahim Alaihis Salam yang diberitakan dalam Al Qur'an:
"Mereka berkata, bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak. Kami berfirman, hai api menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim. Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim maka Kami jadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi." (Al Anbiya': 68-70)
Bukankah hati kita akan bergetar saat merenungi kronologi pembakaran nabi Ibrahim sehingga ia selamat atas izin Allah? Dan bukankah dengan demikian akan membuahkan keteguhan iman kita? Lalu, kisah nabi Musa Alaihis Salam yang tegar menghadapi kezhaliman Fir'aun demi menegakkan agama Allah. Bukankah kisah itu mengingatkan kekerdilan jiwa kita dibanding dengan nabi Musa?
Tak sedikit umat Islam sudah merasa tak punya jalan karena kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan misalnya, sehingga mau saja saat diajak kolusi dan berbagai praktek syubhat lain oleh koleganya. Lalu mereka mencari-cari alasan mengabsahkan tindakannya yang keliru. Dan bukankah karena takut gertakan penguasa yang tiranik lalu banyak di antara umat Islam (termasuk ulamanya) yang menjadi tuli, buta dan bisu sehingga tidak melakukan amar ma'ruf nahi mungkar? Bahkan sebaliknya malah bergabung dan bersekongkol serta melegitimasi status quo (menganggap yang ada sudah baik dan tak perlu diubah).
Bukankah dengan mempelajari kisah-kisah Nabi yang penuh dengan perjuangan menegakkan dan meneguhkan iman itu kita menjadi malu kepada diri sendiri dan kepada Allah? Kita mengharap Surga tetapi banyak hal dari perilaku kita yang menjauhinya. Mudah-mudahan Allah menunjuki kita ke jalan yang diridhaiNya.
Berdo'a
Di antara sifat hamba-hamba Allah yang beriman adalah mereka memohon kepada Allah agar diberi keteguhan iman, seperti do'a yang tertulis dalam firmanNya:
"Ya Rabb, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau beri petunjuk kepada kami." (Ali Imran: 8)
"Ya Rabb kami, berilah kesabaran atas diri kami dan teguhkanlah pendirian kami serta tolonglah kami dari orang-orang kafir." (Al Baqarah: 250)
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
"Sesungguhnya seluruh hati Bani Adam terdapat di antara dua jari dari jemari Ar Rahman (Allah), bagaikan satu hati yang dapat Dia palingkan ke mana saja Dia kehendaki." (HR. Muslim dan Ahmad)
Agar hati tetap teguh maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam banyak memanjatkan do'a berikut ini terutama pada waktu duduk takhiyat akhir dalam shalat.
"Wahai (Allah) yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada din-Mu." (HR. Turmudzi)
Banyak lagi do'a-do'a lain tuntunan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam agar kita mendapat keteguhan iman. Mudah-mudahan kita senantiasa tergerak hati untuk berdo'a utamanya agar iman kita diteguhkan saat menghadapi berbagai ujian kehidupan.
Dzikir kepada Allah
Dzikir kepada Allah merupakan amalan yang paling ampuh untuk mencapai tsabat. Karena pentingnya amalan dzikir maka Allah memadukan antara dzikir dan jihad, sebagaimana tersebut dalam firmanNya:
"Hai orang-orang yang beriman, bila kamu memerangi pasukan (musuh) maka berteguh-hatilah kamu dan dzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya." (Al Anfal: 45)
Dalam ayat tersebut, Allah menjadikan dzikrullah sebagai amalan yang amat baik untuk mencapai tsabat dalam jihad. Ingatlah Yusuf Alaihis Salam! Dengan apa ia memohon bantuan untuk mencapai tsabat ketika menghadapi fitnah rayuan seorang wanita cantik dan berkedudukan tinggi? Bukankah dia berlindung dengan kalimat ma'adzallah (aku berlindung kepada Allah), lantas gejolak syahwatnya reda?
Demikianlah pengaruh dzikrullah dalam memberikan keteguhan iman kepada orang-orang yang beriman.
Menempuh Jalan Lurus
"Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia dan jangan mengikuti jalan-jalan (lain) sehingga menceraiberaikan kamu dari jalanNya." (Al An'am: 153)
Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mensinyalir bahwa umatnya bakal terpecah-belah menjadi 73 golongan, semuanya masuk Neraka kecuali hanya satu golongan yang selamat (HR. Ahmad, hasan)
Dari sini kita mengetahui, tidak setiap orang yang mengaku muslim mesti berada di jalan yang benar. Rentang waktu 14 abad dari datangnya Islam cukup banyak membuat terkotak-kotaknya pemahaman keagamaan. Lalu, jalan manakah yang selamat dan benar itu? Dan, pemahaman siapakah yang mesti kita ikuti dalam praktek keberaga-maan kita? Berdasarkan banyak keterangan ayat dan hadits, jalan yang benar dan selamat itu adalah jalan Allah dan RasulNya. Sedangkan pemahaman agama yang autentik kebenarannya adalah pemahaman berdasarkan keterangan Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada para sahabatnya. (HR. Turmudzi, hasan).
Itulah yang mesti kita ikuti, tidak penafsiran-penafsiran agama berdasarkan akal manusia yang tingkat kedalaman dan kecerdasannya majemuk dan terbatas. Tradisi pemahaman itu selanjutnya dirawat oleh para tabi'in dan para imam shalihin. Paham keagamaan inilah yang dalam terminologi (istilah) Islam selanjutnya dikenal dengan paham Ahlus Sunnah wal Jamaah. Atau sebagian menyebutnya dengan pemahaman para salafus shalih.
Orang yang telah mengikuti paham Ahlus Sunnah wal Jamaah akan tegar dalam menghadapi berbagai keanekaragaman paham, sebab mereka telah yakin akan kebenaran yang diikutinya. Berbeda dengan orang yang berada di luar Ahlus Sunnah wal Jamaah, mereka akan senantiasa bingung dan ragu. Berpindah dari suatu lingkungan sesat ke lingkungan bid'ah, dari filsafat ke ilmu kalam, dari mu'tazilah ke ahli tahrif, dari ahli ta'wil ke murji'ah, dari thariqat yang satu ke thariqat yang lain dan seterusnya. Di sinilah pentingnya kita berpegang teguh dengan manhaj (jalan) yang benar sehingga iman kita akan tetap kuat dalam situasi apapun.
Menjalani Tarbiyah
Tarbiyah (pendidikan) yang semestinya dilalui oleh setiap muslim cukup banyak. Paling tidak ada empat macam :
Tarbiyah Imaniyah, yaitu pendidikan untuk menghidupkan hati agar memiliki rasa khauf (takut), raja' (pengharapan) dan mahabbah (kecintaan) kepada Allah serta untuk menghilangkan kekeringan hati yang disebabkan oleh jauhnya dari Al Qur'an dan Sunnah.
Tarbiyah Ilmiyah, yaitu pendidikan keilmuan berdasarkan dalil yang benar dan menghindari taqlid buta yang tercela.
Tarbiyah Wa'iyah, yaitu pendidikan untuk mempelajari siasat orang-orang jahat, langkah dan strategi musuh Islam serta fakta dari berbagai peristiwa yang terjadi berdasarkan ilmu dan pemahaman yang benar.
Tarbiyah Mutadarrijah, yaitu pendidikan bertahap, yang membimbing seorang muslim setingkat demi setingkat menuju kesempurnaannya, dengan program dan perencanaan yang matang. Bukan tarbiyah yang dilakukan dengan terburu-buru dan asal jalan.
Itulah beberapa tarbiyah yang diberikan Rasul kepada para sahabatnya. Berbagai tarbiyah itu menjadikan para sahabat memiliki iman baja, bahkan membentuk mereka menjadi generasi terbaik sepanjang masa.
Meyakini Jalan yang Ditempuh
Tak dipungkiri bahwa seorang muslim yang bertambah keyakinannya terhadap jalan yang ditempuh yaitu Ahlus Sunnah wal Jamaah maka bertambah pula tsabat (keteguhan iman) nya. Adapun di antara usaha yang dapat kita lakukan untuk mencapai keyakinan kokoh terhadap jalan hidup yang kita tempuh adalah:
Pertama, kita harus yakin bahwa jalan lurus yang kita tempuh itu adalah jalan para nabi, shiddiqien, ulama, syuhada dan orang-orang shalih.
Kedua, kita harus merasa sebagai orang-orang terpilih karena kebenaran yang kita pegang, sebagaimana firman Allah: "Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hambaNya yang Ia pilih." (QS. 27: 59)
Bagaimana perasaan kita seandainya Allah menciptakan kita sebagai benda mati, binatang, orang kafir, penyeru bid'ah, orang fasik, orang Islam yang tidak mau berdakwah atau da'i yang sesat? Mudah-mudahan kita berada dalam keyakinan yang benar yakni sebagai Ahlus Sunnah wal Jamaah yang sesungguhnya.
Berdakwah
Jika tidak digerakkan, jiwa seseorang tentu akan rusak. Untuk menggerakkan jiwa maka perlu dicarikan medan yang tepat. Di antara medan pergerakan yang paling agung adalah berdakwah. Dan berdakwah merupakan tugas para rasul untuk membebaskan manusia dari adzab Allah.
Maka tidak benar jika dikatakan, fulan itu tidak ada perubahan. Jiwa manusia, bila tidak disibukkan oleh ketaatan maka dapat dipastikan akan disibukkan oleh kemaksiatan. Sebab, iman itu bisa bertambah dan berkurang.
Jika seorang da'i menghadapi berbagai tantangan dari ahlul bathil dalam perjalanan dakwahnya, tetapi ia tetap terus berdakwah maka Allah akan semakin menambah dan mengokohkan keimanannya.
Dekat dengan Ulama
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Di antara manusia ada orang-orang yang menjadi kunci kebaikan dan penutup kejahatan." (HR. Ibnu Majah, no. 237, hasan)
Senantiasa bergaul dengan ulama akan semakin menguatkan iman seseorang. Tercatat dalam sejarah bahwa berbagai fitnah telah terjadi dan menimpa kaum muslimin, lalu Allah meneguhkan iman kaum muslimin melalui ulama. Di antaranya seperti diutarakan Ali bin Al Madini Rahimahullah: "Di hari riddah (pemurtadan) Allah telah memuliakan din ini dengan Abu Bakar dan di hari mihnah (ujian) dengan Imam Ahmad."
Bila mengalami kegundahan dan problem yang dahsyat Ibnul Qayyim mendatangi Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah untuk mendengarkan berbagai nasehatnya. Sertamerta kegundahannya pun hilang berganti dengan kelapangan dan keteguhan iman ( Al Wabilush Shaib, hal. 97).
Meyakini Pertolongan Allah
Mungkin pernah terjadi, seseorang tertimpa musibah dan meminta pertolongan Allah, tetapi pertolongan yang ditunggu-tunggu itu tidak kunjung datang, bahkan yang dialaminya hanya bencana dan ujian. Dalam keadaan seperti ini manusia banyak membutuhkan tsabat agar tidak berputus asa. Allah berfirman:
Dan berapa banyak nabi yang berperang yang diikuti oleh sejumlah besar pengikutnya yang bertaqwa, mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, tidak lesu dan tidak pula menyerah (kepada musuh). Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada do'a mereka selain ucapan, Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan dalam urusan kami. Tetapkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir. Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akherat. " (Ali Imran: 146-148)
Mengetahui Hakekat Kebatilan
Allah berfirman:
"Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir yang bergerak dalam negeri ." (Ali Imran: 196)
"Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al Qur'an (supaya jelas jalan orang-orang shaleh) dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berbuat jahat (musuh-musuh Islam)." (Al An'am: 55)
"Dan Katakanlah, yang benar telah datang dan yang batil telah sirna, sesungguhnya yang batil itu pastilah lenyap." (Al Isra': 81)
Berbagai keterangan ayat di atas sungguh menentramkan hati setiap orang beriman. Mengetahui bahwa kebatilan akan sirna dan kebenaran akan menang akan mengukuhkan seseorang untuk tetap teguh berada dalam keimanannya.
Memiliki Akhlak Pendukung Tsabat
Akhlak pendukung tsabat yang utama adalah sabar. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam: "Tidak ada suatu pemberian yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran." (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Tanpa kesabaran iman yang kita miliki akan mudah terombang-ambingkan oleh berbagai musibah dan ujian. Karena itu, sabar termasuk senjata utama mencapai tsabat.
Nasehat Orang Shalih
Nasehat para shalihin sungguh amat penting artinya bagi keteguhan iman. Karena itu, dalam segala tindakan yang akan kita lakukan hendaklah kita sering-sering meminta nasehat mereka. Kita perlu meminta nasehat orang-orang shalih saat mengalami berbagai ujian, saat diberi jabatan, saat mendapat rezki yang banyak dan lain-lain.
Bahkan seorang sekaliber Imam Ahmad pun, beliau masih perlu mendapat nasehat saat menghadapi ujian berat oleh intimidasi penguasa yang tiranik. Bagaimana pula halnya dengan kita?
Merenungi Nikmatnya Surga
Surga adalah tempat yang penuh dengan kenikmatan, kegembiraan dan suka-cita. Ke sanalah tujuan pengembaraan kaum muslimin. Orang yang meyakini adanya pahala dan Surga niscaya akan mudah menghadapi berbagai kesulitan. Mudah pula baginya untuk tetap tsabat dalam keteguhan dan kekuatan imannya.
Dalam meneguhkan iman para sahabat, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sering mengingatkan mereka dengan kenikmatan Surga. Ketika melewati Yasir, istri dan anaknya Ammar yang sedang disiksa oleh kaum musyrikin beliau mengatakan: "Bersabarlah wahai keluarga Yasir, tempat kalian nanti adalah Surga". (HR. Al Hakim/III/383, hasan shahih)
Mudah-mudahan kita bisa merawat dan terus-menerus meneguhkan keimanan kita sehingga Allah menjadikan kita khusnul khotimah. Amin.
Muhammad Shalih Al Munajjid, bit tasharruf waz ziyadah
Sumber : www.alsofwa.or.id
OBAT PENGHAPUS DOSA
Seorang tabib di kota Bashrah, menguraikan resep penghapus dosa dan penyembuh penyakit hati. Resep itu kemudian dikisahkan oleh Hasan al-Bashri, sebagai berikut :
Ambillah akar pohon kefakiran dan kerendahan hati.
Simpan kedua akar tersebut dalam keranjang taubat.
Tumbuklah dengan lesung ridha.
Haluskan dengan saringan qana'ah (puas hati).
Masukkan ke dalam mangkuk takwa.
Campur dengan air haya' (rasa malu).
Didihkan di atas api mahabbah (cinta).
Tuangkan ke dalam bejana syukur.
Dinginkan dengan angin harapan.
Dan minumlah dengan menggunakan sendok hamdalah (pujian kepada Allah).
Insya Allah engkau akan selamat dari segala penyakit dan bencana, baik di dunia maupun di akhirat.
(Dari berbagai sumber)
SIAPA PALING JELEK ??
Ada suatu kisah seorang santri yg menuntut ilmu pada seorang Kyai. Bertahun-tahun telah ia lewati hingga sampai pada suatu ujian terakhir. Ia menghadap Kyai untuk ujian tersebut. "Hai Fulan, kau telah menempuh semua tahapan belajar dan tinggal satu ujian, kalau kamu bisa menjawab berarti kamu lulus", kata Kyai. "Baik pak Kyai, apa pertanyaannya ?" "Kamu cari orang atau makhluk yang lebih jelek dari kamu, kamu aku beri waktu tiga hari ". Akhirnya santri tersebut meninggalkan pondok untuk melaksanakan tugas dan mencari jawaban atas pertanyaan Kyai-nya.
Hari pertama, sang santri bertemu dengan si Polan pemabuk berat yg dapat di katakan hampir tiap hari mabuk-mabukan. Santri berkata dalam hati, "Inilah orang yang lebih jelek dari saya. Aku telah beribadah puluhan tahun sedang dia mabuk-mabukan terus ". Tetapi sesampai ia di rumah, timbul pikirannya. "Belum tentu, sekarang Polan mabuk-mabukan siapa tahu pada akhir hayatnya Alloh memberi Hidayah (petunjuk) dan dia Khusnul Khotimah dan aku sekarang baik banyak ibadah tetapi pada akhir hayat di kehendaki Su’ul Khotimah, bagaimana ? Dia belum tentu lebih jelek dari saya.
Hari kedua, santri jalan keluar rumah dan ketemu dengan seekor anjing yang menjijikkan rupanya, sudah bulunya kusut, kudisan dan sebagainya. Santri bergumam, " Ketemu sekarang yg lebih jelek dari aku. Anjing ini sudah haram dimakan, kudisan, jelek lagi" . Santri gembira karena telah dapat jawaban atas pertanyaan gurunya. Waktu akan tidur sehabis 'Isya, dia merenung, "Anjing itu kalau mati, habis perkara dia. Dia tidak dimintai tanggung jawab atas perbuatannya oleh Alloh, sedangkan aku akan dimintai pertanggung jawaban yg sangat berat yg kalau aku berbuat banyak dosa akan masuk neraka aku. "Aku tidak lebih baik dari anjing itu.
Hari ketiga akhirnya santri menghadap Kyai. Kyai bertanya, "Sudah dapat jawabannya muridku ?" "Sudah guru", santri menjawab. " Ternyata orang yang paling jelek adalah saya guru". Sang Kyai tersenyum, "Kamu aku nyatakan lulus".
Pelajaran yang dapat kita petik adalah:
Selama kita masih sama-sama hidup kita tidak boleh sombong atau merasa lebih baik dari orang / makhluk lain. Yang berhak sombong adalah Alloh SWT. Karena kita tidak tahu bagaimana akhir hidup kita nanti. Dengan demikian maka kita akan belajar berprasangka baik kepada orang / makhluk lain yg sama-sama ciptaan Alloh.
Wallahu'alam bishowab.
Hari pertama, sang santri bertemu dengan si Polan pemabuk berat yg dapat di katakan hampir tiap hari mabuk-mabukan. Santri berkata dalam hati, "Inilah orang yang lebih jelek dari saya. Aku telah beribadah puluhan tahun sedang dia mabuk-mabukan terus ". Tetapi sesampai ia di rumah, timbul pikirannya. "Belum tentu, sekarang Polan mabuk-mabukan siapa tahu pada akhir hayatnya Alloh memberi Hidayah (petunjuk) dan dia Khusnul Khotimah dan aku sekarang baik banyak ibadah tetapi pada akhir hayat di kehendaki Su’ul Khotimah, bagaimana ? Dia belum tentu lebih jelek dari saya.
Hari kedua, santri jalan keluar rumah dan ketemu dengan seekor anjing yang menjijikkan rupanya, sudah bulunya kusut, kudisan dan sebagainya. Santri bergumam, " Ketemu sekarang yg lebih jelek dari aku. Anjing ini sudah haram dimakan, kudisan, jelek lagi" . Santri gembira karena telah dapat jawaban atas pertanyaan gurunya. Waktu akan tidur sehabis 'Isya, dia merenung, "Anjing itu kalau mati, habis perkara dia. Dia tidak dimintai tanggung jawab atas perbuatannya oleh Alloh, sedangkan aku akan dimintai pertanggung jawaban yg sangat berat yg kalau aku berbuat banyak dosa akan masuk neraka aku. "Aku tidak lebih baik dari anjing itu.
Hari ketiga akhirnya santri menghadap Kyai. Kyai bertanya, "Sudah dapat jawabannya muridku ?" "Sudah guru", santri menjawab. " Ternyata orang yang paling jelek adalah saya guru". Sang Kyai tersenyum, "Kamu aku nyatakan lulus".
Pelajaran yang dapat kita petik adalah:
Selama kita masih sama-sama hidup kita tidak boleh sombong atau merasa lebih baik dari orang / makhluk lain. Yang berhak sombong adalah Alloh SWT. Karena kita tidak tahu bagaimana akhir hidup kita nanti. Dengan demikian maka kita akan belajar berprasangka baik kepada orang / makhluk lain yg sama-sama ciptaan Alloh.
Wallahu'alam bishowab.
PACARAN
Betulkah di dalam Islam ada yang namanya pacaran?"Pacaran" adalah suatu kata yang tidak asing lagi kita dengar di kalangan remaja. Sebetulnya apa yang disebut dengan "pacaran" itu? Betulkah di dalam Islam ada yang namanya pacaran?
Pacaran diidentifikasikan sebagai suatu tali kasih sayang yang terjalin atas dasar saling menyukai antara lawan jenis. Apabila kita lihat secara sepintas dari definisi diatas mungkin dapat disimpulkan bahwa pacaran itu merupakan suatu yang wajar dilakukan dikalangan remaja. Padahal apabila kita tinjau dari sudut agama Islam, dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits ternyata tidak ada satu kalimatpun yang menjelaskan tentang pacaran.
Dalam Islam hanya ada khitbah (tunangan). Tapi kan tidak mungkin kita tunangan tanpa mengenal pribadi calon kita?. Tidak seperti itu, sebelum terjadi khitbah, di dalam Islam dianjurkan untuk berta’aruf (berkenalan) itupun kalau seandainya kita siap untuk nikah. Sebenarnya rugi kalau seandainya pacar kita itu bukan jodoh yang Alloh SWT takdirkan untuk kita. Padahal kita sudah berkorban.
Islam sesungguhnya agama kasih sayang, sangat tidak adil jika kita memberikan kasih sayang itu kepada seseorang saja. Padahal umat Islam itu bersaudara, Firman Alloh dalam QS Al-Hujurat : 10, "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara".
Bagaimana kita bersaudara dalam Islam?
Saling bersilaturahmi, karena dengan bersilaturahmi dapat menumbuhkan rasa kasih sayang.
Saling bertausyiah, karena ketika kita lupa kita diingatkan, dan ketika orang lain lupa kita mengingatkan.
Saling mendo’akan. Jadi kita harus memberikan kasih sayang kepada seluruh umat Islam di dunia ini, bukan hanya kepada seseorang dan kelompok tertentu saja.
Untuk itu, marilah kita sama-sama untuk menghindari yang namanya pacaran itu. Karena kasih sayang tidak harus diungkapkan kepada seseorang saja, tetapi kepada siapa saja. Apabila kita melakukan suatu perbuatan yang dilarang oleh agama, maka kita akan berdosa. Begitu juga pacaran, apabila kita melakukan apa yang disebut dengan pacaran, maka kita akan berdosa pula. Na’udzubillaahi min dzalik.
Oleh karena itu, hendaklah kita :
Menundukkan pandangan.
"Firman Alloh dalam QS An-Nuur : 31 mewajibkan kita untuk menundukkan pandangan. Sabda Rosul : "Pandangan itu merupakan salah satu panah iblis."
Jangan berduaan dengan lawan jenis.
"Janganlah kamu pergi berduaan dengan lawan jenismu, sebab yang ketiganya adalah setan."
Memperbanyak shaum sunat
Hal ini dimaksudkan agar kita selalu dapat menjaga pandangan dan menahan hawa nafsu.
Cobalah tiada lain suatu amalan yang dicintai Alloh, sesungguhnya Alloh akan jauh lebih mencintai kita. Carilah amalan yang disukai Alloh, setelah kita tahu bahwa dalam Islam tidak ada yang namanya pacaran, cobalah untuk membatasi diri dalam hal itu. Ingatlah bahwa jangankan berpacaran, mendekatinya saja kita sudah tidak boleh. Firman Alloh "Janganlah kamu dekati zina".
Kita tidak bisa menjaga pandangan dari yang tidak halal berarti kita sudah zina mata. Begitupun dengan pendengaran, pembicaraan, hati, bila tidak kita jaga dari perbuatan yang mendekati zina, berarti kita sudah berzina. Na’udzubillaahi min dzalik.
Sumber ; dari mediakita.cjb.net
Rosululloh SAW bersabda :"Siapa yang memelihara shalat, maka shalat itu sebagai cahaya baginya, petunjuk dan jalan selamat dan barangsiapa yang tidak memelihara shalat, maka sesungguhnya shalat itu tidak menjadi cahaya, dan tidak juga menjadi petunjuk dan jalan selamat baginya."
Rosululloh SAW telah bersabda bahwa : "10 orang solatnya tidak diterima oleh Alloh SWT, antaranya :
1. Orang lelaki yang shalat sendirian tanpa membaca sesuatu.
2. Orang lelaki yang mengerjakan shalat tetapi tidak mengeluarkan zakat.
3. Orang lelaki yang menjadi imam, padahal orang yang menjadi makmum membencinya.
4. Orang lelaki yang melarikan diri.
5. Orang lelaki yang minum arak tanpa mau meninggalkannya (Taubat).
6. Orang perempuan yang suaminya marah kepadanya.
7. Orang perempuan yang mengerjakan shalat tanpa memakai kerudung (menutup aurat).
8. Imam atau pemimpin yang sombong dan zalim menganiaya.
9. Orang-orang yang suka makan riba'.
10. Orang yang shalatnya tidak dapat menahannya dari melakukan perbuatan yang keji dan mungkar."
Sabda Rosululloh SAW yang bermaksud : "Barang siapa yang shalatnya itu tidak dapat menahannya dari melakukan perbuatan keji dan mungkar, maka sesungguhnya shalatnya itu hanya menambahkan kemurkaan Alloh SWT dan jauh dari Alloh."
Hassan r.a berkata : "Kalau shalat kamu itu tidak dapat menahan kamu dari melakukan perbuatan mungkar dan keji, maka sesungguhnya kamu dianggap orang yang tidak mengerjakan shalat. Dan pada hari kiamat nanti shalatmu itu akan dilemparkan kembali ke arah mukamu seperti satu bungkusan kain tebal yang buruk."
(Dari berbagai sumber)
Pacaran diidentifikasikan sebagai suatu tali kasih sayang yang terjalin atas dasar saling menyukai antara lawan jenis. Apabila kita lihat secara sepintas dari definisi diatas mungkin dapat disimpulkan bahwa pacaran itu merupakan suatu yang wajar dilakukan dikalangan remaja. Padahal apabila kita tinjau dari sudut agama Islam, dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits ternyata tidak ada satu kalimatpun yang menjelaskan tentang pacaran.
Dalam Islam hanya ada khitbah (tunangan). Tapi kan tidak mungkin kita tunangan tanpa mengenal pribadi calon kita?. Tidak seperti itu, sebelum terjadi khitbah, di dalam Islam dianjurkan untuk berta’aruf (berkenalan) itupun kalau seandainya kita siap untuk nikah. Sebenarnya rugi kalau seandainya pacar kita itu bukan jodoh yang Alloh SWT takdirkan untuk kita. Padahal kita sudah berkorban.
Islam sesungguhnya agama kasih sayang, sangat tidak adil jika kita memberikan kasih sayang itu kepada seseorang saja. Padahal umat Islam itu bersaudara, Firman Alloh dalam QS Al-Hujurat : 10, "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara".
Bagaimana kita bersaudara dalam Islam?
Saling bersilaturahmi, karena dengan bersilaturahmi dapat menumbuhkan rasa kasih sayang.
Saling bertausyiah, karena ketika kita lupa kita diingatkan, dan ketika orang lain lupa kita mengingatkan.
Saling mendo’akan. Jadi kita harus memberikan kasih sayang kepada seluruh umat Islam di dunia ini, bukan hanya kepada seseorang dan kelompok tertentu saja.
Untuk itu, marilah kita sama-sama untuk menghindari yang namanya pacaran itu. Karena kasih sayang tidak harus diungkapkan kepada seseorang saja, tetapi kepada siapa saja. Apabila kita melakukan suatu perbuatan yang dilarang oleh agama, maka kita akan berdosa. Begitu juga pacaran, apabila kita melakukan apa yang disebut dengan pacaran, maka kita akan berdosa pula. Na’udzubillaahi min dzalik.
Oleh karena itu, hendaklah kita :
Menundukkan pandangan.
"Firman Alloh dalam QS An-Nuur : 31 mewajibkan kita untuk menundukkan pandangan. Sabda Rosul : "Pandangan itu merupakan salah satu panah iblis."
Jangan berduaan dengan lawan jenis.
"Janganlah kamu pergi berduaan dengan lawan jenismu, sebab yang ketiganya adalah setan."
Memperbanyak shaum sunat
Hal ini dimaksudkan agar kita selalu dapat menjaga pandangan dan menahan hawa nafsu.
Cobalah tiada lain suatu amalan yang dicintai Alloh, sesungguhnya Alloh akan jauh lebih mencintai kita. Carilah amalan yang disukai Alloh, setelah kita tahu bahwa dalam Islam tidak ada yang namanya pacaran, cobalah untuk membatasi diri dalam hal itu. Ingatlah bahwa jangankan berpacaran, mendekatinya saja kita sudah tidak boleh. Firman Alloh "Janganlah kamu dekati zina".
Kita tidak bisa menjaga pandangan dari yang tidak halal berarti kita sudah zina mata. Begitupun dengan pendengaran, pembicaraan, hati, bila tidak kita jaga dari perbuatan yang mendekati zina, berarti kita sudah berzina. Na’udzubillaahi min dzalik.
Sumber ; dari mediakita.cjb.net
SHOLAT YANG TIDAK DITERIMA
Rosululloh SAW bersabda :"Siapa yang memelihara shalat, maka shalat itu sebagai cahaya baginya, petunjuk dan jalan selamat dan barangsiapa yang tidak memelihara shalat, maka sesungguhnya shalat itu tidak menjadi cahaya, dan tidak juga menjadi petunjuk dan jalan selamat baginya."
Rosululloh SAW telah bersabda bahwa : "10 orang solatnya tidak diterima oleh Alloh SWT, antaranya :
1. Orang lelaki yang shalat sendirian tanpa membaca sesuatu.
2. Orang lelaki yang mengerjakan shalat tetapi tidak mengeluarkan zakat.
3. Orang lelaki yang menjadi imam, padahal orang yang menjadi makmum membencinya.
4. Orang lelaki yang melarikan diri.
5. Orang lelaki yang minum arak tanpa mau meninggalkannya (Taubat).
6. Orang perempuan yang suaminya marah kepadanya.
7. Orang perempuan yang mengerjakan shalat tanpa memakai kerudung (menutup aurat).
8. Imam atau pemimpin yang sombong dan zalim menganiaya.
9. Orang-orang yang suka makan riba'.
10. Orang yang shalatnya tidak dapat menahannya dari melakukan perbuatan yang keji dan mungkar."
Sabda Rosululloh SAW yang bermaksud : "Barang siapa yang shalatnya itu tidak dapat menahannya dari melakukan perbuatan keji dan mungkar, maka sesungguhnya shalatnya itu hanya menambahkan kemurkaan Alloh SWT dan jauh dari Alloh."
Hassan r.a berkata : "Kalau shalat kamu itu tidak dapat menahan kamu dari melakukan perbuatan mungkar dan keji, maka sesungguhnya kamu dianggap orang yang tidak mengerjakan shalat. Dan pada hari kiamat nanti shalatmu itu akan dilemparkan kembali ke arah mukamu seperti satu bungkusan kain tebal yang buruk."
(Dari berbagai sumber)
SIAPAKAH AKU ?
Aku adalah teman sejatimu.
Aku adalah penolongmu yang paling hebat,
Juga adalah bebanmu yang paling berat.
Aku akan mendorongmu maju atau menyeretmu kedalam kegagalan.
Aku sepenuhnya tunduk pada perintahmu.
Sembilan puluh persen hal yang kamu perbuat boleh kamu serahkan
kepadaku dan aku akan dapat mengerjakan secara cepat dan tepat.
Aku mudah diatur, tunjukkanlah kepadaku bagaimana persisnya kamu
menghendaki sesuatu dikerjakan dan setelah beberapa kali aku akan
mengerjakannya secara otomatis.
Aku adalah hamba semua orang hebat dan sayangnya juga hamba semua orang pecundang.
Aku bukan mesin, walaupun aku bekerja dengan presisi mesin ditambah intelegensi manusia.
Kamu bisa menjalankan aku demi meraih keuntungan atau malah hancur, tidak ada bedanya bagiku.
Ambillah aku, latihlah aku, bersikaplah tegas terhadapku, maka aku akan menempatkan dunia dibawah kakimu.
Bersikap longgarlah terhadapku maka aku akan menghancurkanmu.
Siapakah aku?
Aku adalah "Kebiasaan".
Kebiasaan-kebiasaan yang baik harus dipegang erat-erat dengan kuat dengan komitmen yang tinggi.
Terlepas bagaimana perasaan anda saat itu, setiap keputusan yang dikuatkan oleh kehendak anda untuk mengambil tindakan sesuai dengan komitmen anda akan mendatangkan hasil-hasil yang mengagumkan dalam waktu yang relatif singkat.
Dari berbagai sumber
SAYANGNYA ALLOH PADA WANITA
Dalam dunia yang semakin maju ini, para wanita ingin sekali disejajarkan dgn kaum laki-laki, padahal sampai kapanpun laki-laki itu ditakdirkan oleh Alloh SWT menjadi imam atau pemimpin wanita, sehingga timbullah kaum feminis yg ingin kesetaraan antara laki-laki dan wanita. Kaum feminis bilang susah jadi wanita, lihat saja peraturan dibawah ini:"
MENJAGA PRASANGKA
1. Wanita auratnya lebih susah dijaga (lebih banyak) dibanding
lelaki.
2. Wanita perlu meminta izin dari suaminya apabila mau keluar rumah tetapi tidak sebaliknya.
3.Wanita saksinya (apabila menjadi saksi) kurang berbanding lelaki.
4. Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada lelaki.
5.Wanita perlu menghadapi kesusahan mengandung dan melahirkan anak.
6. Wanita wajib taat kepada suaminya, sementara suami tak perlu taat pada isterinya.
7. Talak terletak di tangan suami dan bukan isteri.
8. Wanita kurang dalam beribadah karena adanya masalah haid dan
nifas yang tak ada pada lelaki.
Itu sebabnya mereka tidak henti-hentinya berpromosi untuk "MEMERDEKAKAN WANITA".
Pernahkah kita lihat sebaliknya (kenyataannya) ?
1. Benda yang mahal harganya akan dijaga dan dibelai serta disimpan ditempat yang teraman dan terbaik. Sudah pasti intan permata tidak akan dibiar terserak bukan? Itulah bandingannya dengan seorang wanita.
2. Wanita perlu taat kepada suami, tetapi tahukah lelaki wajib taat
kepada ibunya 3 kali lebih utama daripada kepada bapaknya?
3. Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada lelaki, tetapi
tahukah harta itu menjadi milik pribadinya dan tidak perlu
diserahkan kepada suaminya, sementara apabila lelaki menerima
warisan, ia perlu/wajib juga menggunakan hartanya untuk isteri dan anak-anak.
4. Wanita perlu bersusah payah mengandung dan melahirkan anak,tetapi tahukah bahwa setiap saat dia didoakan oleh segala makhluk, malaikat dan seluruh makhluk ALLOH di muka bumi ini, dan tahukah jika ia mati karena melahirkan adalah syahid dan surga menantinya.
5. Di akhirat kelak, seorang lelaki akan dipertanggungjawabkan terhadap 4 wanita, yaitu : isterinya, ibunya, anak perempuannya dan saudara perempuannya. Artinya, bagi seorang wanita tanggung jawab terhadapnya ditanggung oleh 4 orang lelaki, yaitu : suaminya, ayahnya, anak lelakinya dan saudara lelakinya.
6. Seorang wanita boleh memasuki pintu surga melalui pintu surga yang mana saja yang disukainya, cukup dengan 4 syarat saja, yaitu : sholat 5 waktu, puasa di bulan Ramadhan, taat kepada suaminya dan menjaga kehormatannya.
7. Seorang lelaki wajib berjihad fisabilillah, sementara bagi wanita
jika taat akan suaminya, serta menunaikan tanggungjawabnya kepada ALLOH, maka ia akan turut menerima pahala setara seperti pahala orang pergi berjihad fisabilillah tanpa perlu mengangkat senjata.
Subhanalloh ! Demikian sayangnya ALLOH pada wanita...
Ingat firmanNya, bahwa mereka tidak akan berhenti melakukan segala upaya, sampai kita ikut / tunduk kepada cara-cara / peraturan buatan mereka. (emansipasi ala western)
Yakinlah, bahwa sebagai Dzat Yang Maha Pencipta, yang menciptakan kita, maka sudah pasti Ia yang Maha Tahu akan manusia, sehingga segala hukumnya / peraturannya, adalah YANG TERBAIK bagi manusia dibandingkan dengan segala peraturan/hukum buatan manusia.
Jagalah isterimu karena dia perhiasan, pakaian dan ladangmu,
sebagaimana Rosululloh SAW pernah mengajarkan agar kita (kaum lelaki) berbuat baik selalu terhadap isterimu.
Adalah sabda Rosululloh SAW bahwa ketika kita memiliki dua atau lebih
anak perempuan, mampu menjaga dan mengantarkannya menjadi muslimah yang baik, maka surga adalah jaminannya. (untuk anak laki-laki berlaku hukum yang berbeda).
Berbahagialah wahai para muslimah. Jangan risau hanya untuk
apresiasi yang semu di dunia ini. Tunaikan dan tegakkan
kewajiban agamamu, niscaya surga menantimu. Amien.
Dari berbagai sumber. Mohon maaf bila tidak berkenan.
MACAM-MACAM HATI
Hati merupakan bagian terpenting dalam tubuh manusia. Hati ini tidak akan terlepas dari tanggung jawab yang dilakukannya kelak di akhirat, sebagaimana firman Allah: "Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungan jawabnya." (Al-Isra: 36).
Dalam tubuh manusia kedudukan hati dengan anggota yang lainnya adalah ibarat seorang raja dengan seluruh bala tentara dan rakyatnya, yang semuanya tunduk di bawah kekuasaan dan perintahnya, dan bekerja sesuai dengan apa yang dikehendakinya.
"Ketahuilah bahwa dalam jasad ini ada segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik, maka akan menjadi baik semuanya, dan apabila segumpal daging itu jelek, maka akan jeleklah semuanya, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
1. Hati yang sehat
Yaitu hati yang terbebas dari berbagai penyakit hati. Firman Allah: "(Yaitu) di hari yang harta dan anak-anak tidak akan bermanfaat kecuali siapa yang datang mengharap Allah dengan membawa hati yang selamat." (Asy-Syura: 88-89).
Ayat ini sangatlah mengesankan, di sela-sela harta benda yang diburu dan dikejar-kejar orang, dan anak-anak laki-laki yang sukses dengan materinya dan sangat dibanggakan, ternyata itu semua tidak akan memberi manfaat kecuali siapa yang datang menghadap Allah dengan hati yang selamat.
Yaitu selamat dari semua nafsu syahwat yang bertentangan dengan perintah Allah dan laranganNya, dan dari semua syubhat yang memalingkan dari kebenaran, selamat dari peribadatan dan penghambaan diri kepada selain Allah, selamat dari berhukum dengan hukum yang tidak diajarkan oleh Allah dan RasulNya, dan mengikhlaskan seluruh peribadatannya hanya karena Allah, iradahnya, kecintaannya, tawakkalnya, taubatnya, ibadah dalam bentuk sembelihannya, takutnya, raja'nya, diikhlaskannya semua amal hanya kepada Allah.
Apabila ia mencintai maka cintanya karena Allah,
Apabila ia membenci maka bencinya karena Allah,
Apabila ia memberi maka memberinya karena Allah,
Apabila menolak maka menolaknya karena Allah.
Dan tidak hanya cukup dengan ini, sampai ia berlepas diri dari semua bentuk keterikatan dan berhukum yang menyelisihi contoh dari Rasulullah. Maka hatinya sangat tertarik dengan ikatan yang kuat atas dasar mengikuti jejak langkah Rasulullah semata, dan tidak mendahulukan yang lainnya baik ucapan maupun perbuatannya.
Firman Allah: "Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mendahului Allah dan RasulNya, bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Al-Hujurat: 1).
2. Hati yang mati
Yaitu kebalikan dari hati yang sehat, hati yang tidak mengenal dengan Rabbnya, tidak melakukan ibadah sesuai dengan apa yang perintahkanNya, dicintaiNya dan diridhaiNya. Bahkan selalu memperturutkan nafsu dan syahwatnya serta kenikmatan dan hingar bingarnya dunia, walaupun ia tahu bahwa itu amatlah dimurkai oleh Allah dan dibenciNya.
Ia tidak pernah peduli tatkala memuaskan diri dengan nafsu syahwatnya itu diridhaiNya atau dimurkaiNya, dan ia menghambakan diri dalam segala bentuk kepada selain Allah.
Apabila ia mencintai maka cintanya karena nafsunya, apabila ia membenci maka bencinya karena nafsunya, apabila ia memberi maka itu karena nafsunya, apabila ia menolak maka tolakannya atas dasar nafsunya, maka nafsunya sangat berperan dalam dirinya, dan lebih ia cintai daripada ridha Allah.
Orang yang demikian menjadikan hawa nafsu sebagai imamnya, syahwat sebagai komandannya, kebodohan menjadi sopirnya, dan kelalaian sebagai tunggangan dan kendaraannya. Pikirannya hanya untuk mendapatkan dunia yang menipu ini dan dibuat mabuk oleh nafsu untuk mendapatkannya,
ia tidak pernah meminta kepada Allah kecuali dari tempat yang jauh. Tidak membutuhkan nasihat-nasihat dan selalu mengikuti langkah-langkah syetan yang selalu merayu dan menggodanya.
Maka bergaul dengan orang seperti ini akan mencelakakan kita, berkawan dengannya akan meracuni kita, dan duduk dengannya akan membinasakan kita.
3. Hati Yang Sakit
Yaitu hati yang hidup tapi ada penyakitnya, hati orang yang taat terhadap perintah-perintah Allah tetapi kadangkala juga berbuat maksiat, dan kadang-kadang salah satu di antara keduanya saling berusaha untuk mengalahkannya.
Hati jenis ini, mencintai Allah, iman kepadaNya beribadah kepadaNya dengan ikhlas dan tawakkal kepadaNya, itu semua selalu dilakukannya tetapi ia juga mencintai nafsu syahwat dan kadang-kadang sangat berperan dalam hatinya serta berusaha untuk mendapatkannya.
Hasad, sombong (dalam beribadah kepada Allah), ujub, dan terombang-ambing antara dua keinginan yaitu keinginan terhadap kenikmatan kehidupan akhirat serta keinginan untuk mendapatkan gemerlapnya dunia.Maka hati yang pertama hidup, tumbuh, khusyu' dan yang kedua layu kemudian mati. Adapun yang ketiga dalam keadaan tidak menentu, apakah akan hidup ataukah akan mati. Kemudian banyak sekali orang yang hatinya sakit dan sakitnya bahkan semakin parah, tetapi tidak merasa kalau hatinya sakit, bahkan sekalipun telah mati hatinya tetapi tidak tahu kalau hatinya telah mati.
Dari berbagai sumber
Duhai hati..
Letih yang engkau rasakan selama ini mungkin tak sebanding dengan letihnya hati mereka dalam menapaki kehidupan ini. Di dalam keletihan itu, mereka memahami bahwa letihnya mereka akan membuat mereka menjadi orang-orang seperti yang dicitakan. Lalu bagaimana denganmu wahai hatiku.. Baru sebentar saja engkau merasa letih tapi kau sudah merintih bagai seribu tahun kau mengalaminya.. Malulah pada mereka yang merasa letih tetapi mereka memaknai letihnya sebagai sesuatu yang dapat mengantarkannya pada sebuah kebahagiaan.. Bukankah orang yang berjuang dan berkorban itu letih? Bukankah akhir dari perjalanan orang yang berjuang dan berkorban itu sebuah kebahagiaan jika dijalani dengan ikhlas dan penuh kesungguhan??
Duhai hati..
Lelah memang terus menerus hal-hal kurang mengenakkan itu menerpa hidupmu. Tetapi jika kau renungi kembali kisah di atas, perjuangan mereka tidak mengenal lelah. Setiap lelah menghinggapi mereka, mereka beristirahat dan kemudian bangkit berjuang kembali. Mereka paham kalau diamnya mereka tak dapat membuahkan hasil apapun bagi kehidupannya. Mereka yakin perjuangan dan pengorbanannya selama ini, berlelah-lelahan, akan berbuah sebuah kebahagiaan yang tak dapat tergantikan nikmatnya. Lalu bagaimana denganmu wahai hatiku.. Baru sebentar saja kau diberi cobaan dan ujian tapi kau sudah merasa lelah dan menyerah.. Malulah kau pada mereka yang tak punya apa-apa tapi mereka tetap istiqamah berjuang dan berkorban hingga cita-cita mereka tercapai.. Bukankah orang yang berjuang dan berkorban itu lelah? Bukankah akhir dari kelelahan orang yang berjuang dan berkorban itu sebuah kebahagiaan jika dijalani dengan ikhlas dan penuh kesungguhan??
Duhai hati..
Sakit yang terus menyapamu selama ini adalah ujian dan cobaan dari Allah seberapa kokohnya engkau menjalani apa-apa yang engkau yakini atas-Nya. Dia ingin tahu seberapa seriuskah engkau dalam menapaki jalan kehidupan yang sudah Dia gariskan. Sakit yang Dia berikan adalah sebuah perhatian khusus-Nya kepadamu. Dia masih sayang kepadamu dengan memberikan ujian dan cobaan. Andai saja kau tak merasa diuji dan diberi cobaan, maka kau akan merasa aman-aman saja, padahal kau sedang berada di tepian jurang yang menganga lebar dan siap menerkammu kapan saja kau lengah..
Duhai hati..
Capeknya dirimu menghadapi segala permasalahan yang engkau temui di sekitarmu, itulah yang terus mengajarkanmu untuk dapat memahami sekelilingmu dengan lebih baik lagi. Di kananmu ada orang-orang yang engkau sayangi dan kasihi. Di depanmu ada orang-orang yang engkau hormati. Di kirimu ada orang-orang yang engkau senantiasa bercengkerama dengannya. Di belakangmu ada orang-orang yang selalu mendukungmu dalam tiap doanya meski kau tak pernah tahu.
Duhai hati..
Seorang ustadz pernah menyampaikan, jika tak senang dengan sepatumu yang lusuh, ingatlah mereka yang tak berkaki namun tak mengeluh. Semoga kita selalu dapat mengingatnya duhai hati.. Seberapa letih, lelah, dan sakitnya engkau.. Masih ada orang-orang yang merasakan itu lebih dari kita tetapi mereka tetap tak mengeluh.. Ada saja cara mereka untuk menyemangati diri.. Ada saja sugesti untuk membuat diri mereka semangat.. Ada saja pemikiran positif yang mereka punya hingga mereka tetap bersemangat.. Ada saja cita-cita yang ingin mereka gapai hingga semangat itu tetap terpatri di dada mereka..
Duhai hati..
Tetaplah istiqamah..
Walau itu berat bagimu..
Percayalah kau mampu menjalaninya..
Asalkan kau selalu menyertai Allah dalam segala hal..
Terpautnya kau duhai hatiku pada Sang Khalik..
Akan membuatmu semakin cantik dan tangguh..
Karena kau adalah mutiara di lautan..
Yang akan terus terjaga sampai masa memisahkan..
Duhai hati.. Tetaplah istiqomah..
Sumber : www.dakwatuna.com
dakwatuna.com – Adakah peristiwa yang berlangsung lebih dari sepuluh tahun lalu dan masih senantiasa membekas di benak Anda? Bisa ya bisa pula tidak. Bagi saya, ada suatu kisah yang masih membekas karena hikmahnya ternyata belum begitu lama mampu benar-benar saya pahami…
Alkisah, saya sedang menonton pawai tujuh belasan waktu itu. Lokasinya di dekat perlintasan kereta api, sebuah pertigaan, yang salah satu arahnya adalah arah menuju RSUD Wates. Penonton yang berjubel otomatis menutup jalan utama yang menuju rumah sakit tersebut. Di tengah ramainya suasana, sebuah mini van berusaha menyeruak kerumunan. Karuan saja pak polisi bertindak dan terjadilah suatu dialog dengan sang pengemudi mobil. Karena posisi saya cukup jauh untuk mendengarkan, jadilah saya hanya menilai alangkah ngaconya mobil yang hendak meminta jalan tersebut. Namun sejurus kemudian saya juga terkejut melihat seorang wanita yang duduk di sebelah pengemudi mobil itu. Di tangannya tampak seorang anak yang rapat terbalut kain dan direngkuh dengan gemetaran sepertinya. Ketika lebih jelas saya amati pun, raut kedua orang tersebut tampak cemas dan terburu-buru. Tak berapa lama, mobil tersebut dibiarkan lewat dan meluncur cepat ke arah rumah sakit.
Jika Anda menjadi saya, samakah yang kita pikirkan?! Awalnya saya juga kesal melihat mobil tersebut yang mengganggu kemeriahan pawai, tapi tak butuh berapa lama saya sadar saya keliru. Tentulah ada alasan ‘besar’ mengapa mobil tersebut memberanikan diri menembus kerumunan, dan ternyata — sepenangkapan saya — ada anak yang sedang sakit di dalamnya. Masih kesalkah saya kemudian?! Tidak ternyata, saya mengerti, orang tersebut punya alasan, dan alasannya penting :)
Bertahun-tahun kemudian saya baru benar-benar bisa memahami hikmah endapan ingatan tersebut, tak lain adalah tentang prasangka. Mudah ya untuk merasa kesal dan marah pada mobil tersebut, dan bisa jadi saya juga tidak tertarik mengapa mobil itu berusaha menyeruak kerumunan, pokoknya ngeselin, titik. ;D Tapi, ketika saya sedikit menajamkan mata dan mengamati, oh..ternyata ada anak yang sakit di dalamnya. Oh..kasihan ya kalau nggak boleh lewat. Oh..kelihatannya sang bapak dan sang ibu itu begitu cemas. Dan akhirnya, tak apalah minggir sejenak…
Prasangka, sebagian besarnya adalah menggiring pada dosa. Bisa dipahami dari peristiwa di atas, yaitu akan lebih mudah mengira tentang keburukan daripada kebaikan, hehehe. Tapi ketika kita mampu ‘memaksa’ pemikiran kita untuk lebih terbuka dan mengamati — tidak hanya sekedar melihat — maka akan lahir pemahaman baru yang bisa jadi berbeda. Pemahaman yang bernama p e n g e r t i a n :)
Sekilas dapat juga kita tengok peringatan Allah tentang bahayanya prasangka. Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ ﴿١٢﴾
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Hujurât: 12)
Buat saya, berprasangka itu melelahkan, itu yang jelas. Karena seperti jabaran hukum tarik menarik dalam buku The Secret. Pemikiran akan menarik hal-hal lain yang senada dengannya. Dengan demikian, pemikiran negatif a.k.a prasangka itu akan menarik lebih banyak lagi hal negatif lainnya. Sebagaimana sebaliknya, setiap pemikiran positif juga akan menghadirkan lagi lebih banyak hal positif dalam diri kita. Jadi, jika demikian, mulai sekarang mari kita perbaiki akhlaq kita semua. Dimulai dengan berprasangka baik terhadap orang lain. Kita akan berkumpul dengan orang-orang baik dan insya Allah kita akan tertular menjadi orang yang baik. Sederhana saja kan, insya Allah :)
Daripada melelahkan diri dengan berkesal-kesal dengan orang lain, pindah arah pandangan yuuk… insya Allah ada alasan di balik setiap tindakan. Dengan membiasakan diri berpikir demikian, insya Allah pikiran juga akan lebih tenang, dan pada kelanjutannya kita akan bisa merasa lebih nyaman dengan segalanya. Insya Allah juga, segala persoalan akan teratasi jika diawali dengan pemikiran yang tenang dan nyaman. :)
CIRI ORANG BESAR MEMULAI PERUBAHAN
Pagi yang indah selalu dihadirkan Allah SWT untuk kita yang memiliki keterpautan hati dan bisa merasakan betapa besar Cinta-Nya pada hambanya. Mata yang masih bisa melihat Keindahan itu, udara yang masih bisa kita hirup, aliran darah dan denyut nadi yang masih bisa kita rasakan, menunjukkan jika kita masih diberi eksistensi oleh-Nya. Rasulullah SAW yang melihat umatnya dari syurga Firdaus-Nya, mendoakan kita yang tak kenal letih memperjuangkan risalah dakwah untuk kejayaan Islam di Bumi Allah ini. Semoga kelak kita semua dikumpulkan bersama Baginda Rasul dan para keluarga serta sahabat.
Terkadang kita ini terlalu banyak menggunakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk sesuatu di luar diri kita. Juga terlalu banyak energi dan potensi kita untuk memikirkan selain diri kita, baik itu merupakan kesalahan, keburukan, maupun kelalaian. Namun ternyata sikap kita yang kita anggap kebaikan itu tidak efektif untuk memperbaiki yang kita anggap salah. Banyak orang yang menginginkan orang lain berubah, tapi ternyata yang diinginkannya itu tak kunjung terwujud. Kita sering melihat orang yang menginginkan Indonesia berubah. Tapi, pada saat yang sama, ternyata keluarganya ‘babak belur’, di kampus tak disukai, di lingkungan masyarakat tak bermanfaat. Itu namanya terlampau muluk.
Jangankan mengubah Indonesia, mengubah keluarga sendiri saja tidak mampu. Banyak yang menginginkan situasi negara berubah, tapi kenapa merubah sikap adik saja tidak sanggup. Jawabnya adalah: kita tidak pernah punya waktu yang memadai untuk bersungguh-sungguh mengubah diri sendiri. Tentu saja, jawaban ini tidak mutlak benar. Tapi jawaban ini perlu diingat baik-baik. Siapa pun yang bercita-cita besar, rahasianya adalah perubahan diri sendiri. Ingin mengubah Indonesia, caranya adalah ubah saja diri sendiri. Betapapun kuatnya keinginan kita untuk mengubah orang lain, tapi kalau tidak dimulai dari diri sendiri, semua itu menjadi hampa. Setiap keinginan mengubah hanya akan menjadi bahan tertawaan kalau tidak dimulai dari diri sendiri. Orang di sekitar kita akan menyaksikan kesesuaian ucapan dengan tindakan kita.
Boleh jadi orang yang banyak memikirkan diri sendiri itu dinilai egois. Pandangan itu ada benarnya jika kita memikirkan diri sendiri lalu hasilnya juga hanya untuk diri sendiri. Tapi yang dimaksud di sini adalah memikirkan diri sendiri, justru sebagai upaya sadar dan sungguh-sungguh untuk memperbaiki yang lebih luas. Perumpamaan yang lebih jelas untuk pandangan ini adalah seperti kita membangun pondasi untuk membuat rumah. Apalah artinya kita memikirkan dinding, memikirkan genteng, memikirkan tiang yang kokoh, akan tetapi pondasinya tidak pernah kita bangun. Jadi yang merupakan titik kelemahan manusia adalah lemahnya kesungguhan untuk mengubah dirinya, yang diawali dengan keberanian melihat kekurangan diri.
Pemimpin mana pun bakal jatuh terhina manakala tidak punya keberanian mengubah dirinya. Orang sukses mana pun bakal rubuh kalau dia tidak punya keberanian untuk mengubah dirinya. Kata kuncinya adalah keberanian. Berani mengejek itu gampang, berani menghujat itu mudah, tapi, tidak sembarang orang yang berani melihat kekurangan diri sendiri. Ini hanya milik orang-orang yang sukses sejati. Orang yang berani membuka kekurangan orang lain, itu biasa. Orang yang berani membincangkan orang lain, itu tidak istimewa. Sebab itu bisa dilakukan oleh orang yang tidak punya apa-apa sekali pun. Tapi, kalau ada orang yang berani melihat kekurangan diri sendiri, bertanya tentang kekurangan itu secara sistematis, lalu dia buat sistem untuk melihat kekurangan dirinya, inilah calon orang besar.
Mengubah diri dengan sadar, itu juga mengubah orang lain. Walaupun dia tidak berucap sepatah kata pun untuk perubahan itu, perbuatannya sudah menjadi ucapan yang sangat berarti bagi orang lain. Percayalah, kegigihan kita memperbaiki diri, akan membuat orang lain melihat dan merasakannya. Memang pengaruh dari kegigihan mengubah diri sendiri tidak akan spontan dirasakan. Tapi percayalah, itu akan membekas dalam benak orang. Makin lama, bekas itu akan membuat orang simpati dan terdorong untuk juga melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Ini akan terus berimbas, dan akhirnya semakin besar seperti bola salju. Perubahan bergulir semakin besar.
Jadi kalau ada orang yang bertanya tentang sulitnya mengubah keluarga, sulitnya mengubah anak, jawabannya dalam diri orang itu sendiri. Jangan dulu menyalahkan orang lain, ketika mereka tidak mau berubah. Kalau kita sebagai ustadz, atau kyai, jangan banyak menyalahkan santrinya. Tanya dulu diri sendiri. Kalau kita sebagai pemimpin, jangan banyak menyalahkan bawahannya, lihat dulu diri sendiri seperti apa. Kalau kita sebagai pemimpin negara, jangan banyak menyalahkan rakyatnya. Lebih baik para penyelenggara negara gigih memperbaiki diri sehingga bisa menjadi teladan. Insya Allah, walaupun tanpa banyak berkata, dia akan membuat perubahan cepat terasa, jika berani memperbaiki diri. Itu lebih baik dibanding banyak berkata, tapi tanpa keberanian menjadi suri teladan. Jangan terlalu banyak bicara. Lebih baik bersungguh-sungguh memperbaiki diri sendiri. Jadikan perkataan makin halus, sikap makin mulia, etos kerja makin sungguh-sungguh, ibadah kian tangguh. Ini akan disaksikan orang.
Membicarakan dalil itu suatu kebaikan. Tapi pembicaraan itu akan menjadi bumerang ketika perilaku kita tidak sesuai dengan dalil yang dibicarakan. Jauh lebih utama orang yang tidak berbicara dalil, tapi berbuat sesuai dalil. Walaupun tidak dikatakan, dirinya sudah menjadi bukti dalil tersebut. Mudah-mudahan, kita bisa menjadi orang yang sadar bahwa kesuksesan diawali dari keberanian melihat kekurangan diri sendiri. Jadi teringat kutipan kata bijak dari sebuah buku seperti ini:
Jadilah kau sedemikian kuat sehingga tidak ada yang dapat mengganggu kedamaian pikiranmu
Lihatlah sisi yang menyenangkan dari setiap hal
Senyumlah pada setiap orang
Gunakanlah waktumu sebanyak mungkin untuk meningkatkan kemampuanmu sehingga kau tak punya waktu lagi untuk mengkritik orang lain
Jadilah kau terlalu besar untuk khawatir dan terlalu mulia untuk meluapkan kemarahan
Satu-satunya tempat dimana kita dapat memperoleh keberhasilan tanpa kerja keras adalah hanya dalam kamus.
Di awal tahun, awal bulan dan awal minggu (Jum’at adalah awal minggu bagi umat Islam), ayo kita semua mulai memperbaiki diri. Suatu karya besar selalu diciptakan oleh orang-orang yang berfikir besar. Namun perubahan besar pasti dimulai dari satu langkah kecil, dan itu dimulai dari diri kita masing-masing.
Wallahualam bishowab
Sumber : www.dakwatuna.com
Terkadang kita ini terlalu banyak menggunakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk sesuatu di luar diri kita. Juga terlalu banyak energi dan potensi kita untuk memikirkan selain diri kita, baik itu merupakan kesalahan, keburukan, maupun kelalaian. Namun ternyata sikap kita yang kita anggap kebaikan itu tidak efektif untuk memperbaiki yang kita anggap salah. Banyak orang yang menginginkan orang lain berubah, tapi ternyata yang diinginkannya itu tak kunjung terwujud. Kita sering melihat orang yang menginginkan Indonesia berubah. Tapi, pada saat yang sama, ternyata keluarganya ‘babak belur’, di kampus tak disukai, di lingkungan masyarakat tak bermanfaat. Itu namanya terlampau muluk.
Jangankan mengubah Indonesia, mengubah keluarga sendiri saja tidak mampu. Banyak yang menginginkan situasi negara berubah, tapi kenapa merubah sikap adik saja tidak sanggup. Jawabnya adalah: kita tidak pernah punya waktu yang memadai untuk bersungguh-sungguh mengubah diri sendiri. Tentu saja, jawaban ini tidak mutlak benar. Tapi jawaban ini perlu diingat baik-baik. Siapa pun yang bercita-cita besar, rahasianya adalah perubahan diri sendiri. Ingin mengubah Indonesia, caranya adalah ubah saja diri sendiri. Betapapun kuatnya keinginan kita untuk mengubah orang lain, tapi kalau tidak dimulai dari diri sendiri, semua itu menjadi hampa. Setiap keinginan mengubah hanya akan menjadi bahan tertawaan kalau tidak dimulai dari diri sendiri. Orang di sekitar kita akan menyaksikan kesesuaian ucapan dengan tindakan kita.
Boleh jadi orang yang banyak memikirkan diri sendiri itu dinilai egois. Pandangan itu ada benarnya jika kita memikirkan diri sendiri lalu hasilnya juga hanya untuk diri sendiri. Tapi yang dimaksud di sini adalah memikirkan diri sendiri, justru sebagai upaya sadar dan sungguh-sungguh untuk memperbaiki yang lebih luas. Perumpamaan yang lebih jelas untuk pandangan ini adalah seperti kita membangun pondasi untuk membuat rumah. Apalah artinya kita memikirkan dinding, memikirkan genteng, memikirkan tiang yang kokoh, akan tetapi pondasinya tidak pernah kita bangun. Jadi yang merupakan titik kelemahan manusia adalah lemahnya kesungguhan untuk mengubah dirinya, yang diawali dengan keberanian melihat kekurangan diri.
Pemimpin mana pun bakal jatuh terhina manakala tidak punya keberanian mengubah dirinya. Orang sukses mana pun bakal rubuh kalau dia tidak punya keberanian untuk mengubah dirinya. Kata kuncinya adalah keberanian. Berani mengejek itu gampang, berani menghujat itu mudah, tapi, tidak sembarang orang yang berani melihat kekurangan diri sendiri. Ini hanya milik orang-orang yang sukses sejati. Orang yang berani membuka kekurangan orang lain, itu biasa. Orang yang berani membincangkan orang lain, itu tidak istimewa. Sebab itu bisa dilakukan oleh orang yang tidak punya apa-apa sekali pun. Tapi, kalau ada orang yang berani melihat kekurangan diri sendiri, bertanya tentang kekurangan itu secara sistematis, lalu dia buat sistem untuk melihat kekurangan dirinya, inilah calon orang besar.
Mengubah diri dengan sadar, itu juga mengubah orang lain. Walaupun dia tidak berucap sepatah kata pun untuk perubahan itu, perbuatannya sudah menjadi ucapan yang sangat berarti bagi orang lain. Percayalah, kegigihan kita memperbaiki diri, akan membuat orang lain melihat dan merasakannya. Memang pengaruh dari kegigihan mengubah diri sendiri tidak akan spontan dirasakan. Tapi percayalah, itu akan membekas dalam benak orang. Makin lama, bekas itu akan membuat orang simpati dan terdorong untuk juga melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Ini akan terus berimbas, dan akhirnya semakin besar seperti bola salju. Perubahan bergulir semakin besar.
Jadi kalau ada orang yang bertanya tentang sulitnya mengubah keluarga, sulitnya mengubah anak, jawabannya dalam diri orang itu sendiri. Jangan dulu menyalahkan orang lain, ketika mereka tidak mau berubah. Kalau kita sebagai ustadz, atau kyai, jangan banyak menyalahkan santrinya. Tanya dulu diri sendiri. Kalau kita sebagai pemimpin, jangan banyak menyalahkan bawahannya, lihat dulu diri sendiri seperti apa. Kalau kita sebagai pemimpin negara, jangan banyak menyalahkan rakyatnya. Lebih baik para penyelenggara negara gigih memperbaiki diri sehingga bisa menjadi teladan. Insya Allah, walaupun tanpa banyak berkata, dia akan membuat perubahan cepat terasa, jika berani memperbaiki diri. Itu lebih baik dibanding banyak berkata, tapi tanpa keberanian menjadi suri teladan. Jangan terlalu banyak bicara. Lebih baik bersungguh-sungguh memperbaiki diri sendiri. Jadikan perkataan makin halus, sikap makin mulia, etos kerja makin sungguh-sungguh, ibadah kian tangguh. Ini akan disaksikan orang.
Membicarakan dalil itu suatu kebaikan. Tapi pembicaraan itu akan menjadi bumerang ketika perilaku kita tidak sesuai dengan dalil yang dibicarakan. Jauh lebih utama orang yang tidak berbicara dalil, tapi berbuat sesuai dalil. Walaupun tidak dikatakan, dirinya sudah menjadi bukti dalil tersebut. Mudah-mudahan, kita bisa menjadi orang yang sadar bahwa kesuksesan diawali dari keberanian melihat kekurangan diri sendiri. Jadi teringat kutipan kata bijak dari sebuah buku seperti ini:
Jadilah kau sedemikian kuat sehingga tidak ada yang dapat mengganggu kedamaian pikiranmu
Lihatlah sisi yang menyenangkan dari setiap hal
Senyumlah pada setiap orang
Gunakanlah waktumu sebanyak mungkin untuk meningkatkan kemampuanmu sehingga kau tak punya waktu lagi untuk mengkritik orang lain
Jadilah kau terlalu besar untuk khawatir dan terlalu mulia untuk meluapkan kemarahan
Satu-satunya tempat dimana kita dapat memperoleh keberhasilan tanpa kerja keras adalah hanya dalam kamus.
Di awal tahun, awal bulan dan awal minggu (Jum’at adalah awal minggu bagi umat Islam), ayo kita semua mulai memperbaiki diri. Suatu karya besar selalu diciptakan oleh orang-orang yang berfikir besar. Namun perubahan besar pasti dimulai dari satu langkah kecil, dan itu dimulai dari diri kita masing-masing.
Wallahualam bishowab
Sumber : www.dakwatuna.com
BERBAIK SANGKA
dakwatuna.com – Hubungan baik antara manusia yang satu dengan yang lain, dan khususnya antara muslim yang satu dengan muslim lainnya, merupakan sesuatu yang harus diupayakan dengan sebaik-baiknya. Hal ini karena Allah swt. telah menggariskan bahwa setiap mukmin itu bersaudara [QS. Al-Hujurat (49):10]. Oleh sebab itu, segala bentuk sikap dan sifat yang akan memperkokoh dan memantapkan persaudaraan harus ditumbuhkan dan dipelihara, sedangkan segala bentuk sikap dan sifat yang dapat merusak ukhuwah harus dihilangkan. Dan agar hubungan ukhuwah islamiyah itu tetap terjalin dengan baik, salah satu sifat positif yang harus dipenuhi adalah husnuzh zhan (berbaik sangka).
Oleh karena itu, apabila kita mendapatkan informasi negatif tentang sesuatu yang terkait dengan pribadi seseorang apalagi seorang muslim, maka kita harus melakukan tabayyun (pengecekan) terlebih dahulu sebelum mempercayai apalagi meresponnya secara negatif. Allah swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. [QS. Al-Hujurat (49): 6]
Fadhilah dan Manfaat
Ada banyak nilai dan manfaat yang diperoleh seorang muslim bila dia memiliki sifat husnuzh zhan kepada orang lain. Pertama, hubungan persahabatan dan persaudaraan menjadi lebih baik. Hal ini karena berbaik sangka dalam hubungan sesama muslim akan menghindari terjadinya keretakan hubungan. Bahkan keharmonisan hubungan akan semakin terasa karena tidak ada kendala-kendala psikologis yang menghambat hubungan itu.
Kedua, terhindar dari penyesalan dalam hubungan dengan sesama. Karena buruk sangka akan membuat seseorang menimpakan keburukan kepada orang lain tanpa bukti yang benar, sebagaimana difirman Allah dalam QS. Al-Hujurat (49): 6 di atas.
Ketiga, selalu berbahagia atas segala kemajuan yang dicapai orang lain, meskipun kita sendiri belum bisa mencapainya. Hal tersebut memiliki arti yang sangat penting, karena dengan demikian jiwa kita menjadi tenang dan terhindar dari iri hati yang bisa berkembang pada dosa-dosa baru sebagai kelanjutannya. Ini berarti kebaikan dan kejujuran akan mengantarkan kita pada kebaikan yang banyak dan dosa serta keburukan akan mengantarkan kita pada dosa-dosa berikutnya yang lebih besar lagi dengan dampak negatif yang semakin banyak.
Kerugian Berburuk Sangka (Su’udzhon)
Manakala kita melakukan atau memiliki sifat berburuk sangka, ada sejumlah kerugian yang akan kita peroleh, baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat.
1. Mendapat Nilai Dosa
Berburuk sangka jelas-jelas merupakan dosa, karena disamping kita tanpa dasar yang jelas sudah menganggap orang lain tidak baik, berusaha menyelidiki atau mencari-cari kejelekan orang lain. Juga akan membuat kita melakukan dan mengungkapkan segala sesuatu yang buruk tentang orang lain yang kita berburuk sangka kepadanya. Allah swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa.” [QS. Al-Hujurat (49): 12]
2. Dusta Yang Besar
Berburuk sangka akan membuat kita menjadi rugi, karena apa yang kita kemukakan merupakan suatu dusta yang sebesar-besarnya. Hal ini disabdakan oleh Rasulullah saw., “Jauhilah prasangka itu, sebab prasangka itu pembicaraan yang paling dusta.” (HR. Muttafaqun alaihi)
3. Menimbulkan Sifat Buruk
3. Menimbulkan Sifat Buruk
Berburuk sangka kepada orang lain tidak hanya berakibat pada penilaian dosa dan dusta yang besar, tapi juga akan mengakibatkan munculnya sifat-sifat buruk lainnya yang sangat berbahaya, baik dalam perkembangan pribadi maupun hubungannya dengan orang lain. Sifat-sifat itu antara lain ghibah, kebencian, hasad, menjauhi hubungan dengan orang lain, dan lain-lain.
Dalam satu hadits, Rasulullah saw. bersabda, “Hendaklah kamu selalu benar. Sesungguhnya kebenaran membawa kepada kebajikan dan kebajikan membawa ke surga. Selama seseorang benar dan selalu memilih kebenaran, dia tercatat di sisi Allah seorang yang benar (jujur). Hati-hatilah terhadap dusta, sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa kepada neraka. Selama seseorang dusta dan selalu memilih dusta, dia tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta.” (HR. Bukhari)
Larangan Berburuk Sangka
Karena berburuk sangka merupakan sesuatu yang sangat tercela dan mengakibatkan kerugian, maka perbuatan ini sangat dilarang di dalam Islam sebagaimana yang sudah disebutkan pada surat Al Hujurat ayat 12. Untuk menjauhi perasaan berburuk sangka, maka masing-masing kita harus menyadari betapa hal ini sangat tidak baik dan tidak benar dalam hubungan persaudaraan, apalagi dengan sesama muslim. Disamping itu, bila ada benih-benih perasaan berburuk sangka di dalam hati, maka hal itu harus segera diberantas dan dijauhi karena itu berasal dari godaan setan yang bermaksud buruk kepada kita. Dan yang penting lagi adalah memperkokoh terus jalinan persaudaraan antar sesama muslim agar yang selalu kita kembangkan adalah berbaik sangka, bukan malah berburuk sangka.
Oleh karena itu, Khalifah Umar bin Khattab r.a. menyatakan, “Janganlah kamu menyangka dengan satu kata pun yang keluar dari seorang saudaramu yang mukmin kecuali dengan kebaikan yang engkau dapatkan bahwa kata-kata itu mengandung kebaikan.”
Demikian hal-hal pokok yang harus mendapat perhatian kita dalam kaitan dengan sikap husnuzhan (berbaik sangka).
Kunci tauhid itu satu: YAKIN.
YAKIN bahwa hanya Allah yang Maha Kuasa terhadap apa yang terjadi di dunia ini
YAKIN bahwa apapun yang terjadi pada diri kita, itu semua dikehendaki oleh Allah
YAKIN bahwa Allah menghendaki kebaikan dan keburukan yang menimpa diri kita dengan suatu tujuan
YAKIN bahwa dalam setiap kejadian yang menimpa kita, itulah keputusan terbaik dari-NYA setelah ikhtiar terbaik yang kita lakukan
YAKIN bahwa doa maupun jeritan hati kita didengar oleh Allah karena DIA begitu dekat
YAKIN bahwa doa adalah senjata ampuh kaum mukmin
Sumber : www.dakwatuna.com
MENJADI WANITA PALING BAHAGIA DI DUNIA
Tidak...!
Tidak... bagi perbuatan yang dapat menyia-nyiakan umurmu, seperti senang membalas dendam dan berselisih dengan perkara yang tidak ada kebaikan di dalamnya.
Tidak... bagi sikap yang lebih mengutamakan harta benda dan mengumpulkannya, ketimbang sikap arif untuk menjaga kesehatanmu, kebahagiaanmu, dan waktu istirahatmu.
Tidak... bagi perangai yang suka memata-matai kesalahan orang lain, menggunjing aib orang lain (ghibah) dan melupakan aib diri sendiri.
Tidak... bagi perangai yang suka mabuk kepayang dengan kesenangan hawa nafsu, menuruti segala tuntutan dan keinginannya.
Tidak... bagi sikap yang selalu menghabiskan waktu bersama para pengangguran, dan memboroskan waktu berjam-jam untuk bergurau dan bermain.
Tidak... bagi perilaku acuh terhadap kebersihan dan keharuman tubuh, serta masa bodoh dengan tempat tinggal dan ketertiban lingkungan.
Tidak... bagi setiap minuman yang haram, rokok, dan segala sesuatu yang kotor dan najis.
Tidak... bagi sikap yang selalu mengingat-ingat kembali musibah yang telah lalu, bencana yang telah terjadi, atau kesalahan yang terlanjur dilakukan.
Tidak... bagi perilaku yang melupakan akhirat, yang lalai membekali dirinya dengan amal saleh untuk menyongsongnya, dan yang lengah dari peringatan tentang kedahsyatannya.
Tidak... bagi perangai membuang-buang harta benda dalam perkara-perkara yang haram, berlaku boros dalam perkara-perkara yang mubah, dan perilaku yang dapat memangkas perkara-perkara ketaatan.
Tidak... bagi perbuatan yang dapat menyia-nyiakan umurmu, seperti senang membalas dendam dan berselisih dengan perkara yang tidak ada kebaikan di dalamnya.
Tidak... bagi sikap yang lebih mengutamakan harta benda dan mengumpulkannya, ketimbang sikap arif untuk menjaga kesehatanmu, kebahagiaanmu, dan waktu istirahatmu.
Tidak... bagi perangai yang suka memata-matai kesalahan orang lain, menggunjing aib orang lain (ghibah) dan melupakan aib diri sendiri.
Tidak... bagi perangai yang suka mabuk kepayang dengan kesenangan hawa nafsu, menuruti segala tuntutan dan keinginannya.
Tidak... bagi sikap yang selalu menghabiskan waktu bersama para pengangguran, dan memboroskan waktu berjam-jam untuk bergurau dan bermain.
Tidak... bagi perilaku acuh terhadap kebersihan dan keharuman tubuh, serta masa bodoh dengan tempat tinggal dan ketertiban lingkungan.
Tidak... bagi setiap minuman yang haram, rokok, dan segala sesuatu yang kotor dan najis.
Tidak... bagi sikap yang selalu mengingat-ingat kembali musibah yang telah lalu, bencana yang telah terjadi, atau kesalahan yang terlanjur dilakukan.
Tidak... bagi perilaku yang melupakan akhirat, yang lalai membekali dirinya dengan amal saleh untuk menyongsongnya, dan yang lengah dari peringatan tentang kedahsyatannya.
Tidak... bagi perangai membuang-buang harta benda dalam perkara-perkara yang haram, berlaku boros dalam perkara-perkara yang mubah, dan perilaku yang dapat memangkas perkara-perkara ketaatan.
Ya...!
Ya... Untuk senyummu yang cantik, yang mengirimkan cinta, dan mengutus kasih sayang bagi orang lain.
Ya... Untuk kata-katamu yang baik, yang membangun persahabatan dan menghapuskan rasa benci.
Ya... Untuk sedekahmu yang dikabulkan, yang membahagiakan orang-orang miskin, menyenangkan orang-orang kafir, dan mengenyangkan orang-orang lapar.
Ya... Untuk kesediaanmu duduk bersama Al-Qur'an seraya membaca, merenungi, dan mengamalkannya, sambil bertaubat dan beristighfar.
Ya... Untuk kesediaanmu berdzikir, beristighfar, tenggelam dalam doa, dan senantiasa memperbaiki taubatmu.
Ya... Untuk usahamu dalam mendidik anak-anakmu dengan agama, sunnah, dan nasihat yang bermanfaat bagi mereka.
Ya... Untuk rasa malumu dan hijab (penutup aurat) yang diperintahkan Allah, karena hanya itulah cara untuk menjaga dan memelihara dirimu.
Ya... Untuk pergaulanmu dengan wanita-wanita yang baik dan takut kepada Allah, mencintai agama dan menghormati nilai-nilainya.
Ya... Untuk baktimu terhadap orangtua, silaturahim pada saudaramu, menghormati tetangga, dan menyantuni anak-anak yatim.
Ya... Untuk membaca sesuatu yang bermanfaat dengan menelaah buku yang menarik dan berfaedah, buku yang menyenangkan dan memberi tuntunan. (Tips Menjadi Wanita Paling Bahagia di Dunia - DR. Aidh al-Qarni)
Teori memang lebih mudah daripada praktek, tapi kita harus selalu berusaha dan terus belajar tanpa kenal lelah. Semangat ^____^
BELAJAR MENJADI PRIBADI WANITA SOLEHAH
Kemuliaan Ibu Dalam Islam
2 rakaat sholat wanita yang hamil lebih baik dari 80 rakaat sholat wanita yang tidak hamil. Wanita yang hamil dapat pahala puasa disiang hari dan pahala ibadah dimalam hari. Wanita yang melahirkan dapat pahala 70 tahun sholat dan puasa serta setiap kesakitan pada satu uratnya, Allah bagi satu pahala haji. Sekiranya wanita meninggal dunia dalam masa 40 hari selepas melahirkan ia dikira sebagai mati syahid.
Wanita yang beri minum susu kepada anaknya akan dapat 1 pahala daripada tiap titik susu yang diberikannya. Wanita yang beri minum susu badannya kepada anaknya yang menangis maka Allah beri pahala satu tahun pahala sholat dan puasa.
Kalau wanita menyusui anaknya hingga 2 tahun, maka malaikat dilangit dikabarkan berita bahwa surga wajib baginya.
Seorang ibu yang menghabiskan masa malamnya dengan tidur yang kurang karena menjaga anaknya yang sakit mendapat pahala seperti membebaskan 20 orang hamba.
Wanita yang tidak cukup tidur pada malam hari karena menjaga anaknya yang sakit akan diampunkan oleh Allah akan seluruh dosanya dan bila dia hiburkan hati anaknya Allah beri 12 tahun pahala ibadah.
Kelebihan Wanita
Allah Yang Maha Bijaksana telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik kejadian. Dan Dia telah menjadikan hambanya itu berpasang-pasangan. Lelaki dan wanita yang saling memerlukan. Sebagiannya menjadi pembantu kepada sebagian yang lain. Kemuliaan manusia hanyalah dalam agama sejauhmana mereka dapat mentaati perintah Allah dengan cara Nabi SAW Allah telah mengaruniakan kepada wanita dengan berbagai kelebihan.
Syarat untuk wanita masuk surga begitu mudah. Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda : "Seorang wanita yang mengerjakan sholat 5 waktu, berpuasa wajib sebulan, memelihara kemaluannya serta taat kepada suaminya maka pasti dia akan masuk surga dari pintu mana saja yang dikehendakinya." (HR Abu Nuaim)
Abdurrahman bin Auf meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda : "Seorang wanita sholehah lebih baik dari 1000 lelaki yang tak sholeh. Dan seorang wanita yang melayani suaminya selama seminggu maka ditutupkan baginya 7 pintu neraka dan dibuka 8 pintu surga yang mana dia dapat masuk dari pintu mana saja tanpa hisab. "Siti Aisyah meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda : "Tidaklah seorang wanita yang haid kecuali haidnya merupakan kifarah bagi dosa-dosanya yang telah lalu. Dan pada hari pertama haidnya membaca "Alhamdulillahi 'ala kulli hal wa astaghfirullaha min kulli zanbin" maka Allah menetapkan baginya bebas dari neraka, dengan mudah melalui shirat, aman dari siksa bahkan Allah mengangkat ke atasnya derajat 40 orang syuhada apabila dia selalu berzikir kepada Allah selama haidnya. "
Wanita yang mulia dalam pandangan Allah, Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda : "Sebaik-baik wanita adalah apabila engkau pandang dia maka dia menggembirakan, bila engkau perintah dia taat, bila engkau tiada dia menjaga hartamu dan menjaga pula kehormatan dirinya. "
Ada sebuah riwayat bahwa pada zaman Nabi SAW Ada seorang lelaki yang akan berangkat untuk berperang dijalan Allah. Dia berpesan kepada isterinya, "Wahai isteriku ... janganlah sekali-kali engkau meninggalkan rumah ini sehingga aku kembali.” Secara kebetulan ayahnya menderita sakit... maka wanita tadi mengutus seorang lelaki menemui Rasulullah SAW. Rasul bersabda kepada utusan itu, "Agar dia taati suaminya." Demikian pula wanita itu mengutus utusannya bukan hanya sekali sehingga akhirnya dia mentaati suaminya dan tidak berani keluar rumahnya.
Maka ayahnya meninggal dunia tetapi dia tetap tidak melihat mayat ayahnya. Dia tetap sabar sehingga suaminya pulang. Maka Allah memberi wahyu kepada Nabi yang berbunyi, "Sesungguhnya Allah telah mengampuni wanita tersebut disebabkan ketaatannya kepada suaminya.” Dalam riwayat yang lain mengatakan bahwa Allah turut mengampuni dosa ayahnya disebabkan ketaatan anaknya itu.
Inilah perkara yang menyebabkan wanita diridhai oleh Allah bukannya dalam persamaan hak. Sedangkan dalam peristiwa Isra’ Mi’raj, Nabi telah melihat ke dalam surga yang mana Allah masuk wanita ke dalam surga 500 tahun lebih awal dari suami mereka... dan bila melihat ke dalam neraka Nabi dapati 2/3 dari penghuninya adalah wanita. Oleh itu takutilah kita semua akan Allah SWT.
Kelebihan Wanita,
Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda : "Apabila seorang wanita mencuci pakaian suaminya maka Allah mencatat baginya 1000 kebaikan, diampunkan 2000 kesalahan bahkan segala sesuatu yang disinari matahari akan memohon ampun baginya dan Allah mengangkat 1000 derajat untuknya.
Ø Wanita yang mengiling tepung dengan membaca Bismillah akan diberkahi Allah rezekinya.
Ø Wanita yang menyapu lantai dengan berzikir dapat pahala seperti membersihkan Baitullah.
Ø Wanita yang sholehah lebih baik dari 70 orang lelaki yang sholeh. Allah akan berkahi rezeki apabila wanita memasak dengan dzikir.
Ø Seorang wanita yang menutup auratnya ditingkatkan oleh Allah cahaya wajahnya 13 kali dari wajah aslinya.
Semua orang akan dipanggil untuk melihat wajah Allah yang Maha Indah di akhirat nanti tetapi bagi Allah sendiri akan datang untuk bertemu dengan wanita yang memberati auratnya yaitu yang memakai jilbab dengan istiqomah.
Pengorbanan seorang wanita amat dihargai oleh Allah dan RosulNya. Cuma kita kurang mengetahui kelebihan yang dikaruniakan kepada kita semua. Sehingga hari ini manusia Islam mencari sesuatu selain dari agama karena merasa pengorbanan mereka tidak dihargai. Dan mereka turut meluangkan persamaan hak seperti di barat. Ini semua bukanlah salah mereka... tetapi kitalah yang salah karena kita lupa bahwa kita ini umat yang dianugerahkan dengan tugas kenabian. Memberi harapan dan bimbingan kepada manusia...
Wanita Sholehah Sebagai Anak
Allah SWT telah berfirman yang maksudnya :"Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah selain kepada-Nya, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu-bapakmu. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan jangan kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah : "Ya Rabbi, kasihanilah mereka kedua-duanya, sebagaimana mereka berdua telah menyantuni aku waktu kecil." (Al Isra' 23-24).
Allah memerintahkan agar manusia berbakti kepada kedua ibu bapak mereka dan mentaati mereka. Bagi wanita ketaatan mereka sebelum mereka menikah adalah kepada kedua ibu bapak mereka dan selepas menikah, kepada suami mereka menyakiti hati kedua mereka adalah merupakan dosa yang sangat besar.
Ismail Ibnu Umayyah telah berkata : Seorang lelaki meminta nasihat : "Wahai Rasulullah, berilah aku wasiat." Rasul menjawab: "Janganlah engkau menyekutukan Allah dengan sesuatupun, sekalipun engkau dibakar atau dibelah dua. "
Ia berkata "Wahai Rasulullah, tambahkanlah." Rasulullah menjawab, "Berbaktilah kepada kedua ibu-bapakmu, jangan sekali-kali engkau meninggikan suara di hadapannya. Jika keduanya memerintahkan engkau untuk mengeluarkan hartamu, maka keluarkanlah bagi keduanya. "
Lelaki itu meminta kembali : "Ya Rasulullah, tambah lagi selain itu. " Rasulullah menjawab, "Jangan engkau meminum khamar (arak), sebab khamar itu adalah kunci segala kejahatan.” Lelaki itu meminta kembali, "Ya Rasulullah, tambahkanlah untukku selain itu. "Rasulullah SAW menjawab, "Didiklah keluargamu dan berilah mereka nafkah sesuai dengan kemampuanmu, dan janganlah engkau mengangkat tongkat (lisan) mu namun berbuatlah agar mereka takut kepada Allah. " HR Imam Ibnu Majah.
Adab anak terhadap kedua ibu-bapaknya :
Berbuat baik dan berlemah lembut terhadap mereka.
1. Mentaati perintah kedua mereka selagi tidak bertentangan dengan perintah Allah.
2. Melihat wajah mereka dengan kasih sayang merupakan ibadah.
3. Mendoakan mereka berdua dengan doa yang baik.
4. Menjaga hati mereka berdua dan menggembirakan mereka.
5. Menjalinkan silaturrahim dengan sahabat-sahabat mereka.
6. Menziarahi kubur ibu bapak jika mereka telah meninggal dunia.
Wanita Yang Dimurkai Allah (perkara yang amat dibenci Allah pada seorang wanita)
Kepada wanita yang tidak menutup aurat Allah berfirman, "Hiduplah dengan apa yang kau suka." Allah melaknati wanita yang sengaja membuka auratnya kepada lelaki yang bukan muhrim.
Perempuan yang memakai kain yang tipis dan jarang untuk menarik perhatian lelaki bukan muhrim atau memakai segala yang mendatangkan gairah kepada orang lain maka dia tidak akan mencium bau surga.
Wanita yang jahat lebih buruk dari 1000 orang lelaki yang jahat.
Pengorbanan seorang wanita amat dihargai oleh Allah dan Rasulnya. Cuma kita kurang mengetahui kelebihan yang dikurniakan kepada kita semua. Sehinggakan hari ini manusia Islam mencari sesuatu selain dari agama karena merasa pengorbanan mereka tidak dihargai. Dan mereka turut meluangkan persamaan hak seperti di barat. Ini semua bukanlah salah mereka... tetapi kitalah yang bersalah karena kita lupa bahwa kita ini umat yang dianugerah kan dengan tugas kenabian. Memberi harapan dan bimbingan kepada manusia...
Wanita yang dimurkai oleh Allah
Sebagaimana Allah suka dengan wanita yang yang sholehah, Allah juga sangat murka kepada beberapa jenis wanita. Oleh itu sangat perlu bagi kita mengetahui perkara yang boleh menyebabkan kebenciannya supaya kita terhindar dari kemurkaannya.
Kemurkaan Allah pada hari kiamat sangat dahsyat sehingga nabi-nabipun sangat takut. Bahkan Nabi Ibrahimpun lupa bahwa dia mempunyai anak yang bernama Nabi Ismail karena ketakutan yang amat sangat. Abu Zar R.A meriwayatkan bahwa Nabi SAW. bersabda: "Seorang wanita yang berkata kepada suaminya, "Semoga engkau mendapat kutukan Allah" maka dia dikutuk oleh Allah dari atas langit yang ke-7 dan mengutuk pula segala sesuatu yang dicipta oleh Allah kecuali 2 jenis makhluk yaitu manusia dan jin. "
Abdurrahman bin Auf meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda : "Seorang yang membuat susah kepada suaminya dalam hal belanja atau membebani sesuatu yang suaminya tidak mampu maka Allah tidak akan menerima amalannya yang wajib dan sunnahnya. "
Abdullah bin Umar RA meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda: "Seandainya apa yang ada dibumi ini merupakan emas dan perak serta dibawa oleh seorang wanita ke rumah suaminya. Kemudian pada suatu hari dia terlontar kata-kata angkuh, "Engkau ini siapa? semua harta ini milikku dan engkau tidak punya harta apapun. "Maka hapuslah semua amal kebaikannya walaupun banyak.
Nabi SAW adalah seorang yang sangat kasih pada ummatnya dan terlalu menginginkan keselamatan bagi kita dari azab Allah. Beliau menghadapi segala rupa penderitaan, kesakitan, keletihan dan tekanan. Begitu juga air mata dan darah Nabi telah mengalir semata-mata karena kasih sayangnya terhadap kita. Maka lebih-lebih lagi kita sendirilah yang wajar berusaha untuk menyelamatkan diri kita, keluarga kita dan seluruh ummat Nabi. Wallahu' alam bishowab.
DAHSYATNYA ENERGI MEMAAFKAN
”Hendaklah mereka memberi maaf dan melapangkan dada, tidakkah kamu ingin diampuni oleh Allah?” (QS. An-Nuur [24]: 22).
Minggu siang, 8 April 2001 di Augusta National Golf Club Georgia, Amerika Serikat, Tiger Woods, Pegolf yang saat itu berusia 25 tahun, menyelesaikan hole ke-18 dengan mengayunkan putter-nya dari jarak 5 meter dan masuk sempurna! Dan para penonton berteriak histeris, “Tiger! Tiger!” melalui kemenangannya ini Tiger Woods mencapai prestasi yang luar biasa. Dalam jangka waktu setahun ia telah meraih juara dari empat pertandingan yang amat bergengsi didunia golf internasional.
Ayahnya berkata,”Ketekunan berlatih, tekad kuat untuk meraih kemenangan, tabah mengatasi kekalahan merupakan ciri-ciri Tiger Woods.” Walaupun mengalami diskriminasi dibeberapa klub golf, namun Ayahnya berpesan secara arif “Jangan sampai kau sakit hati dan memupuk dendam. Kau harus mengasihani orang-orang yang masih rasialis.”
Disepanjang perjalanan karier dan bisnis, tidak dapat dipungkiri bahwa kita harus berhadapan dengan berbagai jenis kepribadian manusia. Roberta Cava, dalam bukunya Dealing with Difficult People, menunjukkan ciri-ciri kepribadian yang berpotensi menyulitkan kita, yaitu:
1. Mereka yang sering membuat kita emosional.
2. Mereka yang membuat kita terpaksa melakukan sesuatu yang sesungguhnya tidak kita ingin lakukan.
3. Mereka yang mencegah atau menghalangi kita untuk melakukan sesuatu yang seharusnya kita lakukan.
4. Mereka yang suka menimbulkan perasaan bersalah jika kita tidak melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya.
5. Mereka yang suka menimbulkan perasaan-perasaan negatif terhadap kita seperti frustasi, marah, minder, iri, depresi, dan sebagainya.
6. Mereka yang selalu menggunakan kekerasan dan memanipulasi untuk mencapai tujuannya.
Kita tidak mungkin dapat mengendalikan sikap orang-orang tersebut. Tidak ada yang dapat kita lakukan untuk mencegah mereka agar tidak berbuat negatif. Namun, kita bisa mengelola hati kita. Daripada sibuk menyimpan kekesalan, dendam, dan amarah yang jelas-jelas tidak berguna, bukankah lebih baik jika kita berpikir tentang cara agar kita dapat menaklukan musuh tanpa harus bertempur? Ingatlah bahwa tak ada yang lebih hebat yang dapat menghambat kebahagiaan kita daripada rasa benci, marah, dan kesal.
Tidaklah penting apa yang dilakukan seseorang terhadap kita atau besarnya kesalahan mereka. Jika kita tidak memaafkannya, kitalah yang akan menanggung akibatnya. Memaafkan dan mengampuni orang lain membebaskan kita dari kelumpuhan hidup.
Menyimpan rasa dendam dan amarah memboroskan tenaga dan energi yang dapat kita arahkan menuju kebahagiaan. Jika kita rela memaafkan, kita dapat menyumbang lebih banyak pada kehidupan dan merasa bahagia terhadap diri sendiri dan orang lain.
Pengampunan itu menyembuhkan. Pengampunan itu membuka hati kita, membebaskan emosi-emosi kita, melepaskan energi yang tersumbat didalam tubuh, dan membiarkan dia hidup mengalir bebas.
Mengampuni dan melupakan memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tindakan ini diperlukan kerendahan dan kebesaran hati. Namun, itulah satu-satunya cara untuk menempuh jalan menuju kebahagiaan dan kesuksesan sejati.
Sahabat, hidup ini akan semakin terasa sangat singkat kalau hanya untuk Membenci, tidak satupun diantara kita yang paling sempurna dan paling suci, mari kita maafkan ayah ibu kita, anak-anak kita, suami kita, istri kita, saudara-saudara kita, bos kita, karyawan kita, pembantu kita, teman dan sahabat kita. Ada banyak cara memberi dan meminta maaf, jika kita masih malu dan ragu bertemu, via SMS dan FB bisa menjadi pendahuluannya.
”Maafkanlah mereka dan lapangkan dada, sesungguhnya Allah senang kepada orang-orang yang berbuat kebajikan (terhadap yang melakukan kesalahan kepadanya)” (QS. Al-Ma‘idah [5]: 13). Baca juga QS Al-Baqarah (2): 109, dan An-Nûr (24): 22.
Rasullulah Saw memberikan bimbingan, “Carilah alasan untuk memaafkan saudaramu walau hingga 70 alasan.” Seorang murid bertanya kepada gurunya, Imam Hasan Al-Basri, “Mengapa Rasullah menyuruh kita mencari 70 alasan untuk memaafkan?”. Jawab Hasan Basri, “Itu menunjukkan pentingnya memaafkan. Sebelum kita sampai pada 70 alasan kita belum bisa memaafkan, kita harus bersedih karena memiliki hati sekeras batu.
Sumber Rumah Yatim Indonesia : http://www.rumah-yatim-indonesia.org/
MUSLIMAH, APA ARTI JILBABMU
Jilbab ini tak sekedar penutup kepala karena rambut yang jelek
Jilbab ini tak sekedar penutup kulit yang hitam atau coklat karena
termakan iklan pingin berkulit putih
Jilbab ini tak sekedar penutup kaki yang tidak panjang semampai
Jilbab ini tak sekedar ingin ikut-ikutan tren karena banyak artis berjilbab
Jilbab ini tak sekedar karena beli bahan kepanjangan mau buat apa sisanya
Jilbab ini bukan dipakai karena memang terpaksa karena instansi tempat
kita belajar atau bekerja mengharuskan kita untuk berjilbab
Jilbab ini dipakai bukan karena ingin mencari perhatian lawan jenis agar dinilai alim ...
Jilbab ini tak sekedar penutup kulit yang hitam atau coklat karena
termakan iklan pingin berkulit putih
Jilbab ini tak sekedar penutup kaki yang tidak panjang semampai
Jilbab ini tak sekedar ingin ikut-ikutan tren karena banyak artis berjilbab
Jilbab ini tak sekedar karena beli bahan kepanjangan mau buat apa sisanya
Jilbab ini bukan dipakai karena memang terpaksa karena instansi tempat
kita belajar atau bekerja mengharuskan kita untuk berjilbab
Jilbab ini dipakai bukan karena ingin mencari perhatian lawan jenis agar dinilai alim ...
Muslimah, lebih dari itu semua, ketahuilah bahwa di antara kasih sayang Allah terhadap kaum wanita adalah tidak mengabaikan hal-hal yang dapat menjadi kemaslahatan bagi mereka kecuali menganjurkannya dan memerintahkannya, dan tidak membiarkan apapun yang membahayakannya kecuali memperingatkannya dan menghindarkannya dari mereka.
Muslimah, bentuk kasih sayang Allah kepada kaum perempuan adalah memerintahkannya supaya mengenakan hijab yang syar'i jika ia telah mencapai usia baligh dan lebih banyak menetap dirumah. Allah berfirman dalam QS. Al-Ahzab 33, "Dan hendaklah kamu tetap dirumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkahlaku seperti orang-orang jahiliah yang dahulu dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahli bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya."
Juga dalam QS. An-Nuur 3, "Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anaka-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung."
Juga dalam QS. Al-Ahzab 59, "Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka, yang demikian itu supaya mereka tidak diganggu. Dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Bagi saudari-saudariku yang sudah mengenakan pakaian muslimah tentu sudah tidak asing lagi dengan ayat-ayat diatas, bukan maksudku untuk meremehkan kalian semua dalam hal ini, akan tetapi aku tuliskan kembali semua ini sekedar untuk mengingatkan kembali tentang semangat kita semua dalam berpakaian mauslimah yang syar'i, karena di zaman yang serba modern saat ini bukanlah hal mustahil jika kita bisa saja tergoda oleh buaian dunia sehingga jauh dari aturan-aturan syariat. Naudzubillah. Tak terkecuali diriku. Semoga kita terhindar dari itu semua. Aku yakin, dengan saling mengingatkan di antara kita, Insya Allah akan menambah keimanan kita .
Teruntuk saudariku yang belum terketuk hatinya untuk mengenakan jilbab syar'i semoga dapat menambah wawasan dan menambah keyakinan bahwa tak ada kerugian ketika kita menaati apa yang Allah perintahkan. Saya dan muslimah lain mendoakan semoga kalian diberikan hidayah-Nya. Dan juga para lelaki, para suami maupun calon suami, sudah kewajiban Anda untuk juga tahu akan hal seperti ini karena Anda adalah pemimpin/calon pemimpin dalam keluarga yang tentunya anda mempunyai istri atau anak-anak perempuan yang menjadi tanggung jawab Anda untuk senantiasa mengingatkan dalam kebaikan dan nantinya pasti dimintai pertanggungjwaban.
Saudariku sudah selayaknyalah kita memudahkan orang-orang yang bertanggung jawab, karena kesadaran kita sendiri untuk berjilbab karena kita tahu kita lebih takut kepada Allah.
Saudariku, lalu sebenarnya hijab yang wajib dikenakan itu seperti apa?
- Menutup seluruh anggota badan kecuali muka dan telapak tangan
- Tebal dan tidak transparan
- Tidak mengundang fitnah atau menjadi perhiasan bagi dirinya
- Longgar tidak menggunakan wangi-wangian
- Tidak menyerupai kaum laki-laki
- Tidak berbusana seperti wanita non-muslim
- Tidak mencolok
Saya hanya menuliskan poin-poinnya saja. Selanjutnya Anda bisa mengakses lewat buku-buku, salah satunya yang berjudul "Pakaian Wanita Muslimah" karya Syaikh Utsaimin. Saudariku, sudahkah kita, istri kita, anak-anak kita nantinya, saudara perempuan kita berjilbab sesuai syariah? Mari senantiasa perbaiki niatan kita dan juga busana kita sehingga ketika kita berpakaian tidak hanya sekedar ikut tren tapi juga berniat melaksanakan perintah Allah yang menuai pahala.
Saudariku, semoga tulisan sederhana saya ini bisa kembali mengingatkanku dan kalian semua. Dakwah tidak sekedar berkata akan tetapi butuh suri tauladan. Semoga kita bisa mengikuti suri tauladan yang baik, Nabi Muhammad Saw. Semoga kita senantiasa dimudahkan oleh-Nya untuk menapaki dinul Islam. Amiin
Penulis: Anindya Sugiyarto, Ibu rumah tangga dengan dua orang anak, tinggal di Rawasari, Jakarta Pusat
Sumber : www.eramuslim.com
13 AURAT WANITA
1. Bulu kening
''Menurut Bukhari, "Rasullulah melaknat perempuan yang mencukur atau menipiskan bulu kening atau meminta supaya dicukurkan bulu kening." Riwayat Abu Daud Fi Fathil Bari.
2. Kaki (tumit kaki)
''Dan janganlah mereka (perempuan) membentakkan kaki (atau mengangkatnya) agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan." An-Nur: 31.
Keterangan: Menampakkan kaki dan mengayunkan/melenggokkan badan mengikut hentakan kaki.
3. Wangian
"Siapa saja wanita yang memakai wangi-wangian kemudian melewati suatu kaum lelaki supaya mereka itu mencium baunya, maka wanita itu telah dianggap melakukan zina dan tiap-tiap mata ada zina." Riwayat Nasaii, Ibn Khuzaimah dan Hibban.
4. Dada
"Hendaklah mereka (perempuan) melabuhkan kain kerudung hingga menutupi dada-dada mereka. "An-Nur : 31
5. Gigi
"Rasullulah melaknat perempuan yang mengikir gigi atau meminta supaya dikikirkan giginya. "Riwayat At-Thabrani, "Dilaknat perempuan yang menjarangkan giginya supaya menjadi cantik, yang merubah ciptaan Allah". Riwayat Bukhari dan Muslim.
6. Muka dan leher
"Dan tinggallah kamu (perempuan) di rumah kamu dan janganlah kamu menampakkan perhiasan mu seperti orang jahilliah yang dahulu." Keterangan: Bersolek (make-up) dan menurut Maqatil sengaja membiarkan ikatan kerudung yang menampakkan leher seperti orang Jahilliyah.
7. Muka dan Tangan
"Asma Binti Abu Bakar telah menemui Rasullulah dengan memakai pakaian yang tipis. Sabda Rasullulah: Wahai Asma! Sesungguhnya seorang gadis yang telah haid tidak boleh baginya menzahirkan anggota badan kecuali pergelangan tangan dan wajah saja." Riwayat Muslim dan Bukhari.
8. Tangan
"Sesungguhnya kepala yang ditusuk dengan besi itu lebih baik daripada menyentuh kaum yang bukan sejenis yang tidak halal baginya". Riwayat At Tabrani dan Baihaqi.
9. Mata
"Dan katakanlah kepada perempuan mukmin hendaklah mereka menundukkan sebahagian dari pemandangannya." An Nur : 31. Sabda Nabi SAW, “Jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya. Kamu hanya boleh pandangan yang pertama, pandangan seterusnya tidak dibenarkan." Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi.
10. Mulut (suara)
"Janganlah perempuan-perempuan itu terlalu lunak dalam berbicara sehingga berkeinginan orang yang ada perasaan serong dalam hatinya, tetapi ucapkanlah perkataan-perkataan yang baik." Al Ahzab: 32. Sabda SAW, "Sesungguhnya akan ada umat ku yang minum arak yang mereka namakan dengan yang lain, iaitu kepala mereka dilalaikan oleh bunyi-bunyian (muzik) dan penyanyi perempuan, maka Allah akan tenggelamkan mereka itu dalam bumi." Riwayat Ibn Majah.
11. Kehormatan
''Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan mukmin, hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka dan menjaga kehormatan mereka. " An Nur : 31.
"Apabila seorang perempuan itu sholat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya dan mentaati suaminya, maka masuklah ia ke dalam syurga daripada pintu-pintu yang ia kehendakinya." Riwayat Al Bazzar. "Tiada seorang perempuan pun yang membuka pakaiannya bukan di rumah suaminya, melainkan dia telah membinasakan tabir antaranya dengan Allah." Riwayat Tirmidzi, Abu Daud dan Ibn Majah.
12. Pakaian
"Barangsiapa memakai pakaian yang berlebih-lebihan, maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan di hari akhirat nanti." Riwayat Ahmad, Abu Daud, An Nasaii dan Ibn Majah. "Sesungguhnya sebilangan ahli neraka ialah perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang yang condong pada maksiat dan menarik orang lain untuk melakukan maksiat. Mereka tidak akan masuk syurga dan tidak akan mencium baunya." Riwayat Bukhari dan Muslim. Keterangan: Wanita yang berpakaian tipis/jarang, ketat/ membentuk dan berbelah/membuka bahagian-bahagian tertentu."Hai nabi-nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak perempuan mu dan isteri-isteri orang mukmin, hendaklah mereka memakai baju jilbab (baju labuh dan longgar) yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali. Lantaran itu mereka tidak diganggu. Allah maha pengampun lagi maha penyayang." Al Ahzab : 59.
13. Rambut
"Wahai anakku Fatimah! Adapun perempuan-perempuan yang akan digantung rambutnya hingga mendidih otaknya dalam neraka adalah mereka itu di dunia tidak mau menutup rambutnya daripada dilihat oleh lelaki yang bukan mahramnya." Riwayat Bukhari dan Muslim.
''Menurut Bukhari, "Rasullulah melaknat perempuan yang mencukur atau menipiskan bulu kening atau meminta supaya dicukurkan bulu kening." Riwayat Abu Daud Fi Fathil Bari.
2. Kaki (tumit kaki)
''Dan janganlah mereka (perempuan) membentakkan kaki (atau mengangkatnya) agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan." An-Nur: 31.
Keterangan: Menampakkan kaki dan mengayunkan/melenggokkan badan mengikut hentakan kaki.
3. Wangian
"Siapa saja wanita yang memakai wangi-wangian kemudian melewati suatu kaum lelaki supaya mereka itu mencium baunya, maka wanita itu telah dianggap melakukan zina dan tiap-tiap mata ada zina." Riwayat Nasaii, Ibn Khuzaimah dan Hibban.
4. Dada
"Hendaklah mereka (perempuan) melabuhkan kain kerudung hingga menutupi dada-dada mereka. "An-Nur : 31
5. Gigi
"Rasullulah melaknat perempuan yang mengikir gigi atau meminta supaya dikikirkan giginya. "Riwayat At-Thabrani, "Dilaknat perempuan yang menjarangkan giginya supaya menjadi cantik, yang merubah ciptaan Allah". Riwayat Bukhari dan Muslim.
6. Muka dan leher
"Dan tinggallah kamu (perempuan) di rumah kamu dan janganlah kamu menampakkan perhiasan mu seperti orang jahilliah yang dahulu." Keterangan: Bersolek (make-up) dan menurut Maqatil sengaja membiarkan ikatan kerudung yang menampakkan leher seperti orang Jahilliyah.
7. Muka dan Tangan
"Asma Binti Abu Bakar telah menemui Rasullulah dengan memakai pakaian yang tipis. Sabda Rasullulah: Wahai Asma! Sesungguhnya seorang gadis yang telah haid tidak boleh baginya menzahirkan anggota badan kecuali pergelangan tangan dan wajah saja." Riwayat Muslim dan Bukhari.
8. Tangan
"Sesungguhnya kepala yang ditusuk dengan besi itu lebih baik daripada menyentuh kaum yang bukan sejenis yang tidak halal baginya". Riwayat At Tabrani dan Baihaqi.
9. Mata
"Dan katakanlah kepada perempuan mukmin hendaklah mereka menundukkan sebahagian dari pemandangannya." An Nur : 31. Sabda Nabi SAW, “Jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya. Kamu hanya boleh pandangan yang pertama, pandangan seterusnya tidak dibenarkan." Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi.
10. Mulut (suara)
"Janganlah perempuan-perempuan itu terlalu lunak dalam berbicara sehingga berkeinginan orang yang ada perasaan serong dalam hatinya, tetapi ucapkanlah perkataan-perkataan yang baik." Al Ahzab: 32. Sabda SAW, "Sesungguhnya akan ada umat ku yang minum arak yang mereka namakan dengan yang lain, iaitu kepala mereka dilalaikan oleh bunyi-bunyian (muzik) dan penyanyi perempuan, maka Allah akan tenggelamkan mereka itu dalam bumi." Riwayat Ibn Majah.
11. Kehormatan
''Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan mukmin, hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka dan menjaga kehormatan mereka. " An Nur : 31.
"Apabila seorang perempuan itu sholat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya dan mentaati suaminya, maka masuklah ia ke dalam syurga daripada pintu-pintu yang ia kehendakinya." Riwayat Al Bazzar. "Tiada seorang perempuan pun yang membuka pakaiannya bukan di rumah suaminya, melainkan dia telah membinasakan tabir antaranya dengan Allah." Riwayat Tirmidzi, Abu Daud dan Ibn Majah.
12. Pakaian
"Barangsiapa memakai pakaian yang berlebih-lebihan, maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan di hari akhirat nanti." Riwayat Ahmad, Abu Daud, An Nasaii dan Ibn Majah. "Sesungguhnya sebilangan ahli neraka ialah perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang yang condong pada maksiat dan menarik orang lain untuk melakukan maksiat. Mereka tidak akan masuk syurga dan tidak akan mencium baunya." Riwayat Bukhari dan Muslim. Keterangan: Wanita yang berpakaian tipis/jarang, ketat/ membentuk dan berbelah/membuka bahagian-bahagian tertentu."Hai nabi-nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak perempuan mu dan isteri-isteri orang mukmin, hendaklah mereka memakai baju jilbab (baju labuh dan longgar) yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali. Lantaran itu mereka tidak diganggu. Allah maha pengampun lagi maha penyayang." Al Ahzab : 59.
13. Rambut
"Wahai anakku Fatimah! Adapun perempuan-perempuan yang akan digantung rambutnya hingga mendidih otaknya dalam neraka adalah mereka itu di dunia tidak mau menutup rambutnya daripada dilihat oleh lelaki yang bukan mahramnya." Riwayat Bukhari dan Muslim.
Wallohua'lam bishowab
DILEMA WANITA PEKERJA
A. Pendahuluan
Dilema adalah sebuah kebimbangan dan ini akan muncul ketika diikuti wanita seperti pada judul tema kali ini. Berbeda dengan pria pekerja tidak muncul dilema karena memang sudah menjadi kewajibannya. Kenapa ini bisa muncul sebenarnya ada beberapa penyebab seperti pemahaman agama yang kurang, hujjah yang memojokkan wanita itu sendiri serta pandangan tradisi yang menyatakan wanita adalah “konco wingking” yang perannya hanya di sumur, kasur dan dapur.
Sebenarnya dengan datangnya agama Islam wanita sangat diuntungkan setidaknya dilihat dari keadaan pra Islam yang disebut dengan zaman kafir jahiliyah. Saat itu wanita direndahkan hak dan emansipasinya akan tidak mempunyai hak untuk menentukan hidup kecuali sebagai pemuas nafsu kaum lelaki dan bisa diperjualbelikan. Islam membawa angin segar bagi perempuan dengan adil dalam kapasitas mereka sebagai manusia, sebagai anak, sebagai istri, sebagai ibu maupun sebagai anggota masyarakat.
Wanita juga bagian dari laki-laki begitu sebaliknya. Mereka adalah mitra sejajar yang saling melengkapi (QS. 3 : 195). Bahkan diungkapkan pula dalam hadits riwayat Ahmad dari Aisyah Ra yang artinya ;
Sesungguhnya wanita itu adalah saudara kandung laki-laki.
Islampun menetapkan hak wanita dan laki-laki secara berimbang dan penuh perikemanusiaan baik dalam iman maupun amal.
B. Kedudukan Wanita Dalam Islam
Hadirnya Islam membuat laki-laki pada suatu kedudukan yang mulia, bahkan dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai berikut :
Surga itu terletak dibawah telapak kaki ibu.
Disebutkan juga dalam hadits bahwa ibu disebut 3x berturut-turut baru kemudian bapak dalam hal penghormatan terhadap orang tua.
Al-Qur’an Surat Ar-Ruum 21 menyatakan bahwa kaum perempuan diciptakan sebagai penenang dan penenteram keluarga sebagai sumber kecintaan dan kasih sayang. Dalam khutbah Rasulullah SAW pada saat haji wada’pun mengingatkan dan menyinggung soal kedudukan perempuan sebagai hal yang mulia. Beliau berpesan, “Takutlah kepada Alloh dalam urusan kaum perempuan dan perhatikanlah mereka dengan betul dan baik-baik”.
Sabda Nabi SAW lainnya adalah “Aku tidak mengira keimanan seseorang bertambah baik, kecuali semakin bertambah perhatiannya terhadap kaum wanita”.
Konsep Islam tentang wanita semua mendudukkan wanita pada tempat yang mulia, dihormati dan patut dicintai serta diperlakukan dengan baik. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana dan apa peran maupun tugas muslimah dalam konteks kasir ?
C. Peran Wanita dalam perbaikan masyarakat dan dakwah
Dalam sejarah islam yang pertama mendukung dakwah Rasulullah SAW adalah seorang wanita yang tidak lain adalah istri beliau yang bernama Khadijah. Demikian pula darah pertama yang mengalir di jalan agama Islam adalah darah seorang wanita yang bernama Summayah istri Yasir. Belum lagi peranan Aisyah di bidang keilmuan dan politik, sikap kritisnya terhadap para sahabat dalam menanggapi berbagai persoalan. Semua menunjukkan kepada kita tentang kedudukan dan peran wanita dalam dakwah begitu besar dan tidak bisa dipandang sebelah mata.
Wanita juga mempunyai tugas-tugas sosial sebagaimana halnya kaum lelaki seperti yang terdapat dalam Surat At – Taubah : 71
“Dan orang-orang yang beriman lelaki dan perempuan sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar mendirikan shalat.................”
Dalam tatanan masyarakat wanita mempunyai peran yang penting bahkan dikatakan sebagai tiang negara.
“Wanita adalah tiang negara apabila ia baik maka negara akan baik dan apabila ia rusak maka negara akan rusak”
Uraian diatas mengisyaratkan keterdidikan wanita agar kuat dan mampu menghadapi problema hidup serta beban berat yang ada di pundaknya sesuai dengan kodrat wanita. Keterdidikan wanita ini amatlah esensial dalam menghasilkan prototipe manusia yang beriman mampu bekerja, berfikir, berkarya, dan hidup dalam konteks yang transparan dan ini menjadi sebuah keharusan, bahkan dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Alloh meninggikan derajat orang-orang yang berilmu beberapa derajat (QS. Mujadalah : 11).
Kemampuan fikir ini disempurnakan dengan kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan dengan diikuti penerapannya (“sampaikan meskipun satu ayat” hadits)
Apalagi dengan turunnya surat An-Nur 31 ini mengisyaratkan wanita bisa mengekspresikan diri lebih luas sesuai kodratnya.
Ditegaskan pula dalam Surat An-Nisa : 124, An-Nahl 97 dan Al Mu’min 40 bahwa wanita yang bekerja baik (beramal shaleh) akan mendapat pahala. Hal ini dapat disimpulkan Islam mengakui kemampuan wanita untuk bekerja dan menghargai amal shalehnya sama dengan laki-laki.
Tanpa mengesampingkan bahwa naluri pembawaan wanita berbeda dengan laki-laki sehingga memunculkan berbagai resiko serta fitrah yang berbeda dengan laki-laki yaitu hamil, melahirkan, dan menyusui mengakibatkan wanita mempunyai keterbatasan fisik. Agar dapat optimal terekspresi kita harus memperhatikan rambu-rambu sebagai berikut :
- Harus memperkontrol diri agar tidak terjebak dalam pengaruh negatif dengan berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadits
- Dengan sepenuh hati dan pikiran berusaha untuk memakmurkan bumi dengan senantiasa membawa misi rahmatan lil’alamin.
- Di dalam mengekspresikan diri harus sesuai fitrahnya.
- Diberi contoh yang aktual
- Perempuan dimuliakan Alloh dengan menitipkan salah satu asmanya rahim.
Qs. Al-Ahzab 33 : Hendaklah kamu tetap di dalam rumahmu dan jangan berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah pada suami, ayah, mertua, anak, anak suami (tiri), kakak/adik, anak durhaka.
Qs. An-Nisa : perempuan keji yang dikekang tidak boleh keluar rumah.
Lisan hanya berbicara tentang :
1. Nasihat
2. Peringatan untuk menyelamatkan akidah
3. Diskusi ilmu yang bermanfaat
Lisan kita tidak digunakan untuk :
1. Ghiah (ngrasani)
2. Mengumpat
3. Pamer kesombongan (ria)
B. Pakaian
C. Siapkan Keilmuan
D. Siapkan Kepemimpinan
1. Kharisma, elemennya
a. menunjukkan kualitas kepemimpinan
b. memperlakukan dengan hormat orang lain
c. memberikan motivasi
d. mendatangkan antusias dan loyalitas
e. menyiapkan anak buah untuk berprestasi
2. Konsideran individu elemen
a. memiliki kepekaan
b. memotivasi
c. mengenali kerja dan perkembangan anak buah
d. meniadakan bentuk sangsi
e. menghargai pentingnya kunjungan sehingga tahu kondisi keluarga untuk pengambilan keputusan.
MENANGGULANGI KDRT MENURUT ISLAM
Ada banyak langkah yang harus kita lakukan. Dua belah pihak (suami dan istri) harus bersama-sama berusaha untuk menjauhkan diri terlibat dengan KDRT. Walaupun aktor paling dalam masalah ini adalah suami, akan tetap istri juga berpeluang menciptakan KDRT.
Langkah-langkah untuk menanggulangi KDRT antara lain :
1. Landasan Keimanan
Antara suami dan istri harus senantiasa mendekatkan diri kepada Alloh SWT. Insyaalloh, manakala suami sholeh dan istri sholehah akan jauh dari KDRT. Contoh: Suami dan istri bermasalah, tetapi karena suami atau istri rajin sholat apalagi dengan berjamaah, maka masalah akan mereda setelah sholat. Arif dan bijaksana dalam bersikap akan hadir bagi suami / istri yang dekat dengan Alloh. Rumah tangga Rosululloh SAW menjadi contoh bagi kita.
Sebagai refleksi (renungan) :
Rosululloh punya masalah dengan para istrinya (ummahatal mukminin), sehingga wajah Rosul kelihatan muram. Ini sebuah pertanda bahwa hatinya sedang galau. Kegalauan yang disebabkan oleh guncangan yang melanda bahtera rumah tangganya. Para ummahatul mukminin meminta tambahan nafkah. Nafkah yang selama ini diberikan Rosululloh SAW dirasakan kurang meliputi kebutuhan mereka. Rosul sungguh bersedih. Sebab ia tidak bisa memenuhi tuntutan mereka. Ia bukanlah orang yang kaya raya. Bagaimana jawaban Rosul ? Sebagai seorang suami yang matang dan bijaksana, Rosul membawa pergi kerisauannya keluar rumah. Tujuannya adalah masjid.
· Di masjid beliau mencoba merenungkan kejadian demi kejadian.
· Di masjid beliau mencoba meneduhkan jiwa dengan tegakkan.
· Di masjid beliau mencoba mengoreksi diri, melihat kedalaman kalbu.
· Di masjid beliau mencoba memohon petunjuk kepada Alloh SWT untuk mendapatkan jalan keluar terbaik dari persoalan rumitnya. (Secara lengkap bisa dibaca dalam Ibnu Sa’ad, Purnama Madinah, hal. 172)
2. Reinterpretasi penafsiran terhadap “legalitas pemukulan”. Tindak kekerasan yang berbentuk penganiayaan terhadap istri dianggap sudah merupakan hal yang biasa. Ironisnya, tafsir agama sering kali dipakai sebagai unsur pembenaran.
Contoh :
Suatu siang di Yogyakarta seorang perempuan datang ke Rifka Annisa (sebuah lembaga pelayanan perempuan). Tubuhnya lunglai, dibeberapa bagian tampak lembam dan membiru. Rupanya dia dipukul suaminya. Dengan mata yang nanar dia bertanya kepada seorang konselor. “Bu, apakah ajaran Islam memperbolehkan suami memukul istrinya ? “
Dengan suara berat ia menambahkan : “suami saya selalu memukul sambil ndalil (QS. 4 : 34). Bu, benarkah ! suaranya menghilang digantikan dengan tangis yang tertahan”. (Fantia Ciciek, Ikhtiar Mengatasi KDRT, hal. 16)
QS. 4 : 34 = ini memang sering kali dijadikan sebagai senjata/legalitas suami memukuli istrinya. Wadributumna (dan pukullah mereka), diartikan secara kaku. Padahal tidak demikian adanya, kata mempunyai banyak arti : mendidik, mencangkul, memelihara, bahkan menurut Ar-Ragtub Al-Isfahani secara metaforis bermakna melakukan hubungan seksual. Kalaupun mau kita maknakan dengan memukul, bukan dalam artian penyiksaan / penganiayaan. Tetapi memukul dalam bingkai pendidikan / pengajaran. Jadi, menjadikan ayat ini sebagai legalitas untuk melakukan penyiksaan terhadap istri lewat pemukulan dan sebagainya sangat tidak dibenarkan dan salah.
3. Menyadari akan akibat buruk dari KDRT. Ada beberapa akibat buruk :
- Suami bisa dituntut ke pengadilan, karena penyerangan terhadap istri merupakan tindakan melanggar KUHP.
- Rumah tangga menjadi berantakan (broken home)
- Mengakibatkan gangguan kejiwaan / mental terhadap istri dan anak.
- Melanggar syari’at agama. Agama mengajarkan oleh mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warohmah bukan keluarga yang dihiasi dengan pemukulan dan penganiayaan.
4. Khusus bagi para suami berlaku lemah lembutlah kepada istri sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rosululloh SAW. Umar Ibn Khattab pernah berkata kepada Rosululloh : “Ya Rosululloh maukah Engkau mendengarkan aku ?“. Kami kaum Qura’isy biasa menguasai para istri kami. Kemudian kami pindah ke masyarakat (madinah) dimana laki-laki dikuasai oleh istri mereka. Kemudian kaum perempuan kami meniru perlakuan mereka. Suatu hari aku meminta istriku dan ia membalasnya. Aku tidak menyukai perlakuannya seperti itu. Dan ia berkata : Apakah engkau tak menyukai aku membalasmu?
Demi Alloh, para istri Rosul membalas beliau. Sebagian mereka mendiamkan beliau sepanjang hari sampai malam. Umar lalu berkata : “Ia celaka dan merugi. Apakah ia merasa aman dari kemurkaan Alloh karena kemarahan Rosul-Nya sehingga ia mendapat hukuman ?“ Nabi tersenyum. Senyum selalu dikembangkan oleh Rosul. Ini pertanda pribadi yang lemah lembut.
5. Khusus kepada para istri, berusaha untuk menjadi istri sholehah berhias diri untuk suami, melayani suami dengan baik, mematuhi perintahnya yang baik, menjaga harga diri dan suami, dan sebagainya. Berusahalah untuk selalu menjadi, membuat suami tersenyum bahagia walaupun pahit rasanya.
Insyaalloh, kekerasan dibalik jeruji rumah tangga jauh dari keluarga kita. Cinta yang menghiasi kehidupan suami istri harus senantiasa dipupuk hingga membuat kelanggengan. Cinta kita ada karena Alloh SWT. Jadi, suami istri dalam sebuah keluarga adalah hamba-Nya yang selalu dekat dengan-Nya. Manakala ini sudah terbangun dalam mahligai rumah tangga, Insyaalloh tidak ada KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga).
Wallahu’alam bishowab
Jika dikhawatirkan istri akan Nusyuz :
1. Beri nasihat
2. Tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang)
3. Pukullah (pukullah jika perlu)
APA ARTI WARNA UNGU?
Di dunia mitos:
Ungu adalah warna janda. Tak jelas makna dan buktinya. Apakah jika seseorang memakai baju warna ungu lalu orang akan menganggapnya janda? Kelihatannya tidak. Bandingkan dengan warna hitam yang diartikan dengan warna duka. Dalam prosesi pengurusan pemakaman seseorang sangat umum dipahami jika keluarga dan para hadirin memakai warna hitam. Jika yang meninggal seorang bapak, istrinya yang menjadi janda karenanya, biasanya juga memakai baju hitam, bukan ungu)
Apakah para nenek yang janda pasti memiliki baju warna ungu? Kelihatannya tidak juga.
Bandingkan dengan warna parpol. Orang dari suatu parpol pasti memiliki baju yang sewarna dengan parpolnya.
Di toko buah:
Warna ungu adalah milik anggur. Anggur adalah buah yang enak dan banyak mengandung vitamin. Anggur juga tergolong mahal dan berkesan elit.
Di kebun bunga:
Bunga yang memiliki warna ungu antara lain Anggrek, Bunga Pukul Empat dan Bougenville. Bunga anggrek adalah bunga yang mahal, anggun dan tahan lama. Bunga pukul empat memiliki madu yang manis dan berkhasiat obat. Bougenville adalah bunga yang menyerap panas.
Di laboratorium kimia:
Warna ungu yang populer adalah milik larutan Kalium Permanganat (KMnO4). Larutan ini bersifat oksidator, yang mampu ‘menaikkan derajat’ unsur lain yang menjadi teman reaksinya.
Di dunia musik:
Ungu adalah nama band yang berprestasi, meraih aneka penghargaan di bidang musik.
Di Salimah:
Ungu identik dengan keanggunan. Belajar dari bunga anggrek ungu yang anggun dan tak mudah layu.
( dari berbagai sumber )